Original thread by Jak (@zqhr)
Ga pernah tau Gresik punya sejarah yang kompleks sebelumnya. Pas ikutan walking tour keliling kota lama, ternyata malah menemukan banyak sekali hal yang belum gw tau sebelumnya.
Gresik, kota yang nggak sadar kalo punya banyak hal yang bisa dibanggakan.
(A thread)
Awalnya ikut tour ini juga karena ga sengaja. Ada temen bule yg tiba-tiba ngabarin mau ke Gresik. Agak kaget sih. Ga pernah ketemu orang yg iseng jalan-jalan ke Gresik. Biasanya juga peziarah aja yg ke makam walisongo, atau malah ke Bawean sekalian. Lha ini ke Gresik. Bule pula.
Kebetulan temen gw memang punya misi buat mengunjungi kota-kota yg jadi nama jalan di Menteng. Dan dia juga punya interest ke sejarah. Jadi ya sudah, gw ikut aja, berhubung lagi gabut ya kan.
Temen gw ini udah melakukan riset yang cukup dalam. Dia bikin catetan cukup lengkap, detail, bahkan ke hal-hal yg gw cuma tau itu ada. Bahkan dia juga udah ngontak seseorang di Gresik yg memang pegiat budaya dan sejarah buat memandu.
Sebagai sedikit pembuka, Gresik ini dikenal sebagai kota industri. Lokasinya sebelahan sama Surabaya, dan banyak industri besar yg berdiri di sini, Petrokimia, Semen Gresik, dll.
Tapi di masa lalu, Gresik juga punya peran penting dalam penyebaran agama Islam di pulau Jawa.
Selain itu, lokasinya yang strategis di masa lalu juga digunakan sebagai pelabuhan perdagangan, sebelum akhirnya, di era tanam paksa, Surabaya menggantikan fungsi pelabuhannya karena Gresik dianggap tidak mempunyai tanah yang cukup subur untuk menanam komoditas utama waktu itu.
Pagi itu gw berangkat ke sebuah tempat di Jl. Samanhudi, dekat Pasar Gresik. Memang area ini semacam early settlements dengan banyak bangunan tua sih.
Kammari namanya. Semacam tempat makan, tapi juga ada ruang pameran. Interesting!
KAMMARI
0812-3023-0104
https://maps.app.goo.gl/25K4o8i833XARfpG6?g_st=ic
Awalnya gw kira ini cuma jadi meeting point aja. Tapi ternyata justru kegiatan walking tournya dimulai dari sini.
Gw ketemu sama beberapa anak muda Gresik yg sangat enthusiast dan passionate dalam mengenalkan Gresik ke orang luar.
Sebelum mulai tour, mereka ngajak untuk mengenal kenapa Kammari berdiri. Awalnya gw kira ya udah, ini semacam untuk memperkenalkan bisnis mereka aja. Tapi ternyata justru bisnis mereka ini terinspirasi dari lingkungan sekitar tempat ini. Ya secara garis besarnya, Gresik.
Oiya, untuk ikut walking tour-nya ini, kita cuma tinggal bayar Rp30.000 untuk beli peta walking tour-nya. Ini termasuk minuman yang ada di menu mereka (jujur gw lupa apa). Tour-nya pun masih dalam satu area yang berdekatan, jadi ya masih bisa dijangkau dengan jalan kaki.
Stop pertama adalah Kampung Asu. Sebenernya ya letaknya ada di belakang Kammari. Tapi ternyata kampung ini juga yg jadi inspirasi pendirian Kammari. Kampung Asu dinamakan gini karena dulunya banyak anjing berkeliaran, yg sekarang nowhere to find.
Oh ya, mereka ternyata juga kasih QR code di setiap perhentiannya, isinya menjelaskan tentang perhentian tersebut sebenernya tempat apa.
Keluar dari gang Kampung Asu, ada Jl. Samanhudi. Jalan ini sebenernya terkoneksi langsung dgn Jalan Raya Pos (De Grote Postweg) atau biasa disebut Jalan Daendels.
Jalan ini dulunya disebut dengan Jalan Niaga. Sesuai namanya, sampe sekarang pun area ini masih jadi area komersial.
Selanjutnya, kami jalan ke Kampung Kemasan. Awalnya gw kira kemasan di sini artinya “packaging”. Taunya bukan ??
Dinamain kemasan karena dulu ada pedagang emas dari Cina yang tinggal di sini. Kemudian sederetan rumah di kampung ini dibeli sama pengusaha kulit.
Hingga sekarang anak cucu dari pengusaha kulit tadi masih tinggal di kampung ini.
Di sini gw suka sama detail bangunannya sih. Warnanya dominan merah, arsitekturnya campuran antara Cina, Melayu, dan kolonial. Look at these pretty details.
Yang bikin kesel cuma suara lato-lato.
Waktu itu sempet masuk ke dalam rumah salah satu warga sini. Namanya Pakde Nud. Beliau masih keturunan dari pengusaha kulit yang beli area Kampung Kemasan ini. Kebetulan waktu itu lagi ada Pakde Nud-nya, jadi malah ngobrol sama beliau juga.
Ohya, gara-gara tau sejarahnya Kampung Kemasan ini, malah jadi kepikiran, jangan-jangan orang Cina yang dagang emas di sini dulu tuh bawa emas dari Singkawang. Berhubung Singkawang kan dulu tempat singgah penambang emas dari Cina yang akhirnya menetap di situ. ??
Keluar dari Kampung Kemasan, kami jalan ke Jl. Nyai Ageng Arem-Arem. Di sini ada 2 spot yang dikunjungi. Yang pertama Rumah Gajah Mungkur, yang masih satu keluarga dengan owner rumah di Kampung Kemasan. Arsitekturnya mengingatkan pada Masjid Raya Medan ?
Spot kedua adalah Rumah Mochammad Chisni, yang sebenernya dibangun oleh kakeknya, H. Boerhan, yang merupakan saudagar dan punya peran penting dalam pendirian NU di masa lalu. Selain sebagai pusat aktivitas NU, rumah ini juga berfungsi sebagai pusat pendidikan.
Kemudian gw jalan ke Jl. K.H. Kholil, di jalan ini dulu sempat ada stasiun kota Gresik yang sekarang udah abandoned dan ditempati warga sebagai rumah dan warung. Stasiun ini sepertinya ditutup belum terlalu lama, soalnya masih ada stiker Herona Express di sini.
Dalemnya pun masih kerasa kaya lagi di stasiun kecil. Garis bekas relnya juga masih kelihatan.
Sayang banget sih, harusnya bisa dijadikan objek wisata kaya stasiun Dalat di Vietnam. Apalagi ini masih tanah milik KAI. Dear @keretaapikita…
Untung di sini nggak ada bocil yang mainan lato-lato ??
Mungkin bocil di sini percaya sama teori konspirasi lato-lato.
Masih di jalan yang sama, ada satu kompleks makam yang dianggap penting juga. Di kompleks ini terdapat makam Nyai Ageng Pinatih, yang merupakan pedagang dari kerajaan muslim Cham di Kamboja. Beliau merupakan ibu angkat Sunan Giri.
Posisinya sebagai syahbandar wanita yang cukup powerful di kala itu, sampe bisa membantu Sunan Giri mendirikan kerajaan di Gresik.
Di sepanjang Jl. K.H. Kholil ini banyak rumah tua juga. Bahkan ada satu rumah yang dalemnya mirip Rumah Tjong A Fie di Medan. Sayangnya properti-properti bersejarah gini kepemilikannya pribadi, jadi nggak bisa masuk. Cuma bisa memandangi dari luar aja.
Di ujung Jl. K.H. Kholil, ketemu persimpangan yang mempertemukan Jl. Basuki Rahmat dan pintu masuk pelabuhan. Jl. Basuki Rahmat ini dulunya berfungsi sebagai pusat administrasi di masa kolonial. Sekarang dijadikan proyek pemkab sebagai area bernama Bandar Grissee.
Gedung kantor pos ini dulunya merupakan asrama VOC. Sayang banget sekarang harus dibelah gini, merusak keindahan ??
Abis dari Jl. Basuki Rahmat, kami belok kiri ke Jl. Raden Santri, atau biasa disebut area Bedilan. Dulunya merupakan area gudang senjata. Mungkin itu alasan kenapa disebut Bedilan.
Di Jl. Raden Santri ini ada satu bangunan yang merupakan bioskop pertama di Gresik. Sayangnya udah jadi bangunan abandoned sejak ditutup dan ga berfungsi di era 90an. Nyari gambar jaman dulunya juga ga nemu ?
Akhirnya tiba di Alun-alun Gresik… yang berubah jadi Islamic Center dan… jelek banget ??
Bahkan fungsinya aja cuma jadi taman, ga ada islami-islaminya. Dipake pengajian pun enggak. Malah dipake mesum.
(Saking asyiknya menghujat karya agung ini, sampe lupa ambil foto.)
Setelah puas menghujat alun-alun Gresik yang jelek, kami jalan ke Jl. Setiabudi. Ini adalah area pecinan.
Bangunan tuanya juga beberapa masih dipertahankan. Area ini juga niatnya dibikin suasana ala pecinan, walaupun yang tinggal di sini justru nggak dominan orang Cina.
Yang lucu adalah elemen-elemen dekoratifnya tuh kadang nggak mendukung. Lha ini kenapa tiba-tiba ada font bergaya Jepang. Tolong pemkab riset dulu dong ??♂️
Di area ini ada satu klenteng, yaitu Klenteng Kim Hin Kiong yang dibangun untuk memuja dewi laut karena lokasinya yang di pesisir.
Nggak jauh dari klenteng, ternyata ada satu rumah tenun sarung. Waktu ke sana masih ada satu karyawannya yang lagi nenun sarung.
Hal unik di Gresik, pecinan dan kampung Arab lokasinya sebelahan. Bahkan rumah produksi sarung tenun tadi sebelahan sama klenteng, dan ownernya orang Arab.
Keluar dari kawasan pecinan, masuk ke Jl. A.K.S. Tubun – Jl K.H. Zubair. Ini adalah area kampung Arab.
Di sini kami berhenti buat mampir ke satu toko pudak legendaris. Pudak Cap Kuda. Brandingnya simpel, nggak ada signage, cuma ada satu banner bergambar kuda lagi berlari. Ownernya adalah orang keturunan Cina-Jawa, Bu Suharsih.
Waktu itu nyobain jubung di sini, dan enak banget. Mirip jenang, tapi ada gurihnya dari wijen.
Satu hal yang unik, daun lontar yang dipake untuk ngebungkus pudak dan jubung ini harus dijahit dulu.
Tekstur jubungnya kenyal dan lucu. Pas dimakan juga gemoy.
Abis dari Pudak Cap Kuda, lumayan haus ya. Mampir dulu ke warkop terdekat. Gw minum temulawak botolan gini. Rasanya asem manis, rasa yang berbeda dari minuman lokal di kota lain. Wajib dicoba sih ini.
Lucu juga botolnya pake bekas Teh Botol yang ditempelin kertas label.
Sebelum tur berakhir, kami ngelewatin Jl. Basuki Rahmat lagi. Di ujung jalan, ada satu menara yang disebut Menara Garling. Katanya sih yang bikin tuh seseorang Belanda bernama Garling, tapi sama orang lokal dikira singkatan dari gardu suling.
Dulu sempet jadi watchtower.
Menara Garling inj lokasinya ada di persimpangan Jl. Basuki Rahmat dan Jl. H.O.S. Cokroaminoto. Fun fact, jalan ini adalah jalan protokol terpendek di Indonesia. Panjangnya cuma 50 meter dan dari ujung ke ujung bisa ditempuh dengan jalan kaki selama 20 detik.
Akhirnya selesai juga walking tour ini. Jujur sangat menyenangkan ikut walking tour yang dipandu sama anak-anak Kammari. Selain informatif, mereka juga sangat passionate buat menunjukkan Gresik. Pembawaannya pun asik, seru pokoknya.
Kadang sambil menjelaskan tempat-tempat tadi, juga ada curcol upaya-upaya mereka buat memanfaatkan tempat-tempat bersejarah tadi buat mereka kelola, tapi ga digubris pemerintah ?
Gapapa lah, belum tentu juga kalo udah dibantu pemerintah, mereka bakal dianggep. Mending gini aja.
Oiya, kalo mau ikut walking tournya bisa reach di IG Kammari. Bisa di-DM aja tanya available kapan untuk walking tour. Kemarin udah gw suruh buat rutin bikin postingan tentang walking tournya sih. Go follow!
https://instagram.com/______kammari?igshid=Zjc2ZTc4Nzk=
Makanan di Kammari juga enak-enak. Agak kaget juga nemu makanan yang nggak mainstream di Gresik. Biasanya ya itu-itu aja, ini lumayan keluar dari arus dengan jualan makanan Asia Tenggara ??
Yang kiri semacam bonggolan (cilok khas Gresik), yang kanan pad kra paw. Cukup random.
Oiya, sempet dikabarin kalo mereka mau nambah tur makanan juga. Tapi lagi disusun. Katanya kalo udah fix bakalan dikabarin.
Siapa yang mau ikut?
Wah dinotice sama anak SB301 ??
@zqhr wahhhh! senang bacanya thank u sudah mampir ke pameran archives and process dari SB301 Office dan Kammari!
— QRT https://twitter.com/fikriizza/status/1612303077754966016
