Tragedi Kanjuruhan, Benarkah Suporter Turun Bukan Untuk Merusuh?

  • Post author:
  • Post category:News
  • Reading time:4 mins read
Original thread by GONZAGA (@radenmasdimas__)

Jika dirunut dari video ini. Suporter turun sebenarnya bukan untuk merusuh. Dua orang pertama ngobrol dengan pemain. Lalu beberapa di bagian akhir memeluk Adilson Maringa. Tak lama setelah itu gas air mata pertama muncul di dekat pintu ruang ganti pemain


Setelah itu yg tidak jelas karena ada penumpukan massa di dekat pintu menuju ruang ganti pemain.


Jika dicermati video di atas, selama 6 menit pasca seluruh pemain masuk ke ruang ganti situasi masih lucu-lucuan. Lari-lari bawa bendera dan muter lapangan.

Baru pada potongan video di sisi kanan lapangan dr sudut kamera lantas ada keributan. Di titik itu pertama ribut terjadi.


Dari teriakan tribun terdengar “pukuuul balik”, yg rasanya ditujukan pada suporter untuk membalas aparat. Entah pa yg terjadi di sisi lapangan tiba-tiba massa menjadi berlarian, padahal selama 6 menit pertama santai-santai saja tidak ada perusakan apapun.


Setidaknya video RCB FM ini bisa menjadi analisis pertama investigasi Tragedi Kanjuruhan. Ada beberapa missed footage antara peralihan kamera dr sisi kiri dan kanan tribun sebelum kerusuhan terjadi.


Jadi kalau ada asumsi suporter rusuh karena kalah bisa terpatahkan di sini. Sebab ada 6 menit kondisi tenang meski suporter berlarian d lapangan. Bahkan saat Adilson Maringa dipeluk oleh beberapa suporter pun perlakuan dari steward masih wajar.


Pastinya tidak ada perusakan dalam 6 menit pasca pemain memberikan salam menghadap tribun. Tidak ada penyerangan. Bahkan dua orang yg turun ke lapangan itu nampak ngobrol dg Sergio Silva

Silakan dianalisis sendiri dn coba mencari di titik mana suporter jadi beramarah dan rusuh.


Pada menit ini, tembakan gas air mata pertama kali ditembakan ke arah tribun. Terhitung sekitar 6-8 tembakan di sisi tribun bagian ini. Sedangkan di lapangan dengan mudah bisa dilihat proses baku hantam antara aparat dengan suporter.

Baca Juga  Hati-Hati Dengan Modus Hipnotis Baru Di Mall Besar

Kerusuhan berawal di sudut lapangan ini.

play-rounded-fill

Jika ditanya soal aksi reaksi, sa rasa aparat sudah mafhum dengan tabiat empat kelompok suporter terbesar di negeri ini, salah satunya Aremania ini. Tidak akan memukul kalau tidak dipukul. Dan satu orang dipukul maka serentak akan reaktif.


Bukannya mengamini kekerasan, tp crowd clashing jadi risiko terbesar jika berurusan dengan massa di tempat tertutup.

Aparat prnah “sukses” ketika Tragedi Mandala Krida 1999 saat mengurung Aremania di dalam stadion sampai subuh untuk menghindari bentrokan. Tapi itu jumlah kecil


Selanjutnya, aparat juga pernah hampir menembakan gas air mata pada suporter The Jak, tapi suporter berteriak “Jangan!”.

Gas air mata sama sekali bukan penenang. Ia justru menjadi pemicu stress dan kepanikan. Masalah penglihatan dan hambatan respirasi menjadi soal penting.


Jadi, beberapa video dan kronologi bisa dicermati dari beberapa footages video yg mudah didapatkan. Selain itu, pastikan investigasi menyeluruh, tidak hanya berbasis versi aparat. Karena sama sekali tidak ada jaminan bahwa aparat lebih tidak reaktif daripada suporter.


Ini titik awal dua suporter masuk ke lapangan dan menghampiri pemain. Tidak ada tendensi reaktif.

play-rounded-fill

play-rounded-fill

Leave a Reply