Original thread by @RodriChen
Kenapa ini g nongol di timeline gue ya, sblmny? Anyway, they want to make it political, let’s make it political. Tdk ada yg Nusantara dr Vaksin Nusantara. Itu semua pembodohan masy & politik utk menarik dukungan, melangkahi ilmu pengetahuan demi untungny industri farmasi asing.
https://twitter.com/risw_okob/status/1380450949836107777
Vaksin Nusantara Absurb dan Maksa – a Thread – pandangan pribadi sebagai praktisi industri farmasi
https://twitter.com/risw_okob/status/1380450949836107777
Tdk ada setitikpun sumber daya lokal yg dipakai dalam pengembangan vaksin ini. Ini produk Amrik, AIVITA Biomedical, Inc. Yg masukin ke Indonesia, AIVITA Biomedika Indonesia, perusahaan kongsi AIVITA Biomedical dari Amrik & mitra lokal. Mitra lokalnya, .
https://ramaemeraldmultisukses.co.id/
Buka situsnya; akan terlihat bhw Rama Pharma itu pabrik obat generik. Tdk ada pengalaman vaksin, aplg vaksin berbasis terapi kanker. Jk Rama Pharma tdk pny latar belakang pengembangan maupun uji klinis vaksin, apa yg membuat Rama Pharma menjadi pilihan mitra AIVITA US?
Yg jelas, hanya ada satu kesamaan dari semua pihak yg terlibat dalam Vaksin Nusantara. Petinggi AIVITA dan Rama Pharma punya hubungan baik dgn Terawan. Uji klinis fase I didanai negara melalui Litbangkes, ktk Menterinya Terawan. Kaji etiknya jg di RSPAD, tempat Terawan jd dirut.
UGM, salah satu Universitas yg terlibat, tidak tahu menahu bahwa namanya dicatut dalam Vaksin Nusantara. Kita tdk tahu universitas yg lain bgmn. Tdk heran, uji klinis fase I berantakan, tidak layak lanjut fase II. Yg menyatakan, lembaga yg melindungi NKRI dr obat gak jelas, BPOM.
Teman-teman yg punya pengalaman dgn kosmetik abal-abal jelas tahu kredibilitas BPOM. Nah skrg, DPR dengan petantang petenteng mau melangkahi lembaga ilmiah yg tugas utamanya adalah melindungi Indonesia dari obat sampah. Pertanyaan gue, atas dasar apa, dan demi kepentingan siapa?
Scr ilmiah, dendritic cell-based immunotherapy itu personalized med. Konsep ini umum utk kanker, spy tubuh bisa membedakan sel sehat dan sel kanker. Tidak masuk akal utk diterapkan utk menyerang virus dan kuman lainnya, aplg di zaman wabah yg butuh banyak dan cepet.
Jd, kalau ini produk asing, mitra lokal tdk berpengalaman, uji klinis fase I berantakan, apakah ini adalah langkah yg tepat utk kemandirian vaksinasi dan teknologi kesehatan? Atau negara hny diperalat utk mempertebal kantong sebagian konglomerat dan politikus? Coba pikirkan.
Dan siapa tokoh utama yang berada di tengah-tengah pusaran badai ketidakbecusan yang berantakan ini? Yang menjual label nasionalisme demi produk yang tidak masuk akal ini? Yep, betul sekali. Maxima Nimbus.
https://majalah.tempo.co/read/nasional/162692/pengusaha-dan-kawan-lama-terawan-di-vaksin-nusantara
https://nasional.tempo.co/read/1440098/tim-peneliti-ugm-mundur-dari-pengembangan-vaksin-nusantara
Gamblang, silakan anggota DPR jd sukarelawan uji klinis fase II Vaksin pura-pura Nusantara; hak stp org. Tdk akan mati jg, kan sdh lewat fase I; fase II itu utk keamanan lebih jauh, dan reaksi biologis bhw vaksin bekerja. Bekerjany becus tdk, itu di fase III, ky Sinovac di BDG.
Mslhny, jika saat ini saja mereka berani melangkahi BPOM dan menginjak² integritas ilmu pengetahuan, apa yg membuat Indonesia bisa yakin bahwa hasilnya nanti tidak akan dipalsukan? Asal Bapak Senang? Apa yg membuat seluruh dunia yakin bahwa Indonesia tidak sedang menipu mereka?
Ralat: fase I berantakan, jd kita gak tahu hasilnya bener atau nggak. Jadinya gak tertutup kemungkinan keamanan dan dosis efektifnya masih meragukan.
Gara² reply dan QT di sini, gue jadi tahu plotnya Vincenzo, hadehhh. Jang Han-seok bangsat. Pura² bego tapi sebenarnya jahat.