Spesies Alien Vs Invasif dalam Tanaman, Apa Itu?

Original thread by indi (@indiratendi)

Trailer. Entahlah kapan ada waktu nulis yg lengkapnya

 

Spesies Alien Vs Invasif dalam Tanaman, Apa Itu?

Pertama kita bahas pengertiannya dulu ya. Di biologi aku kenal istilah spesies alien dan spesies invasif.

Alien = spesies pendatang yg tumbuh di lokasi yang BUKAN habitat aslinya

Invasif = spesies yg persebarannya sangat cepat & luas hingga sulit dikontrol


Nggak semua spesies alien itu invasif, contohnya padi.

Padi awal mulanya berasal dari Cina, lalu ditanam di India, Thailand, Indonesia, dll. Padi gak termasuk invasif karena tumbuhnya ditanam oleh petani, bukan menyebar sendiri. Begitu juga singkong, karet, coklat, dan sawit.


Nggak semua spesies invasif itu alien. Ada juga spesies lokal yg invasif, contohnya nyamuk Aedes.

Nyamuk vektor penyakit DBD ini populasinya membludak karena banyak genangan air dan predatornya (cicak & katak) banyak ditangkap manusia utk dimakan.


Nah yang berbahaya itu invasive alien species (IAS) alias spesies yang udah alien, invasif pula.

IAS ini bisa merugikan dari segi ekonomi, kesehatan, bahkan dalam jangka panjang bisa membuat spesies lokal jadi punah.


1. Spesies invasif pertumbuhannya sangat cepat

Langsung contoh kasus aja kali ya biar gampang dipahami.

Eceng gondok itu habitat aslinya dari Amerika Selatan. Di Indonesia, tanaman ini jadi gulma karena satu batangnya bisa tumbuh jadi 1 m2 dlm waktu 52 hari aja. Satu batang!

 


Kalo permukaan air ditutupi eceng gondok, hewan di dalam air jadi kekurangan cahaya matahari & makanan (fitoplankton, serangga air, dll). Eceng gondok juga bikin kandungan oksigen terlarut jadi rendah.


3. Kemampuan menyebar tinggi

Contohnya kirinyu (Eupatorium sordidum). Tumbuhan ini aslinya dari Meksiko. Kemampuan menyebarnya sangat luas karena dibantu angin. Sekarang jadi salah satu spesies yang paling dominan di Taman Nasional Gede Pangrango ?

 


Adanya kirinyu Meksiko ini merugikan karena dia daunnya rimbun gitu, jadi menghalangi biji dari pohon lain untuk sampai ke tanah. Proses regenerasi tumbuhan lokal jadi susah.


3. Toleransi tinggi

Spesies invasif biasanya susah mati, contohnya akasia (Acacia nilotica) di TN Baluran.

Akasia ini asalnya dari India. Pohonnya tahan api. Tahun 60an akasia ditanam di Baluran buat jadi sekat api, supaya kalo ada kebakaran hutan apinya ga menyebar.

 


Program itu jadi blunder karena akasia bisa tumbuh 100-200 hektar dalam setahun! Akasia menghalangi tumbuhnya rumput yg jadi makanan rusa & banteng.

Skrg akasia luasnya udah 5.000 hektar di Baluran. Udah dibuldozer tp tunasnya msh numbuh. Dibakar pun dia tahan api. Sekuat itu.


4. Nggak ada predator di lokasi yg baru.

Baca Juga  Jangan Bingung, Contoh Kata-kata Sungkem Bahasa Jawa Krama Inggil

Contohnya introduksi monyet ekor panjang di Papua. Dulu tentara Jepang bawa monyet ke Papua supaya bisa jadi penunjuk mana aja buah2an yg bisa dimakan. Walau monyet ini habitat aslinya ada di Indonesia, tp mereka ga hidup di Papua.

 


Karena buah2an di Papua beda sama di Sumatera & Jawa, monyet ini jadi makanin telur cenderawasih ?

Populasinya tinggi karena nggak ada predator besar yg makan monyet di Papua. Kalo di Sumatera kan ada harimau. Di Jawa ada macan tutul. Di Kalimantan ada macan dahan.


5. Dampak jangka panjang dari IAS adalah menekan pertumbuhan spesies lokal.

Contohnya invasi ikan kaca di Danau Toba yg bikin populasi ikan lokal sampe turun 80%. Ikan kaca (Parambassis siamensis) asalnya dari Sungai Mekong (Laos, Thailand, Kamboja).

https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/ntr1on280


Ikan kaca ini memangsa telur & anakan dari spesies ikan lokal. Sekarang ikan kaca termasuk spesies dominan di Danau Toba. Spesies lokal kayak ikan pora-pora, ikan jurung, ikan batak malah udah jarang ditemui.


Lanjut nanti lagi ya. Aku kerja dulu guys.


Oke ku lanjutin utasnya.

Sblmnya aku udah kasih 5 alasan kenapa spesies alien invasif bisa merusak ekonomi nelayan/petani, kesehatan masyarakat, dan ekosistem.

Skrg aku bakal sharing kasus2 spesies invasif karena manusia sembarangan melepas hewan dan menanam tumbuhan.


Tahun 2005 nelayan menemukan ikan aneh di Sungai Ciapus, Bogor. Ikan ini diidentifikasi sbg ikan alligator yg harusnya cuma hidup di Amerika Selatan. Ikan ini pernah ditemukan di sungai di Bandung, Purwakarta, bahkan Surabaya.

https://news.detik.com/berita/d-2358039/cerita-ikan-aligator-yang-ditemukan-di-surabaya-mojokerto-dan-bogor


Spesies predator ini merugikan nelayan karena bisa memakan habis ikan-ikan di sungai. Ikan aligator punya kulit yang keras. Telurnya toksik jadi gabisa dimakan sama hewan lain. Ikan-ikan aligator ini diduga hewan peliharaan yg dibuang karena pemiliknya udah ga sanggup pelihara


Kasus berikutnya langkap (Arenga obtusifolia) di TN Ujung Kulon. Tanaman ini bukan spesies alien tapi dia invasif. Langkap mendominasi 30% kawasan sampai menghambat tumbuhan lain yang merupakan pakan badak jawa yg populasinya tinggal 70 ekor.

https://www.merdeka.com/peristiwa/pohon-langkap-di-ujung-kulon-ancam-kelestarian-badak-jawa.html


Ada juga invasi ikan lohan di Danau Matano, Sulsel. Matano itu termasuk danau purba dgn 32 spesies ikan, 9 udang, 26 gastropoda, dan 5 kepiting endemik loh. Ikan lohan berasal dari persilangan antara ikan Amerika dan Taiwan, lalu tersebar di seluruh dunia sbg hewan eksotis.


Munculnya lohan di Matano juga diduga akibat dibuang pemilik lamanya karena ikan ini udah gak ngetren lagi. Ikan lohan ini punya sifat rakus & cepat berkembang biak.

Baca Juga  Trik Marketing Pemasaran Yang Bermain Dengan Psikologis Dan Emosi Kamu

https://www.mongabay.co.id/2018/07/25/nasib-danau-malili-kini-ikan-endemik-pun-nyaris-hilang/


Invasi lohan membuat ikan lokal seperti butini jadi langka & berubah bentuk (kepalanya besar, badannya kecil) karena kompetisi makanan. Tahun 2014 diadakan lomba memancing & menembak lohan. Ratusan lohan ditangkap tapi masih ada ribuan/jutaan ekor yg hidup di Danau Matano.


Ini kasus yang kemarin cukup viral. Ikan-ikan aligator juga banyak ditemukan di sungai Jogja.

Hayo sopo sing lepaske iwak iki. Tanggung jawab cuk

 

Sungai2 di jogja mulai banyak ikan kayak gini

#mmj



— QRT https://twitter.com/rasndeso/status/1361619800338833411?s=20

Ini kasus yg mendorong aku bikin utas ttg spesies invasif, karena waktu liat tweet ini aku langsung berkata dalam hati “Eh ndada otak kah si apa ini?”

Love bird asalnya dari Afrika. Kenapa dilepas di Indonesia heyyyy gubernur pula yg ngelepas

Beginilah kalo gubernur pengen pencitraan tapi kurang pengetahuan. Lovebird tidak boleh dilepas di alam bebas karena akan menganggu keseimbangan alam liar. Pencitraan tapi membuat nyawa binatang tak berdosa terbuang sia2 karena mereka tidak bisa cari makan dialam liar.



— QRT https://twitter.com/KuchinkLine/status/1357324978597752832?s=20

Dulu sempet ada juga yg sembarangan ngelepas love bird di TN Gunung Ciremai, lalu ada yg lapor ke petugas balai TN. Orangnya disuruh tangkep burungnya lagi.

http://ksdae.menlhk.go.id/info/5025/tidak-sembarang-lepas-liar-satwa-di-taman-nasional-gunung-ciremai.html


Ini juga kasus yg dulu sempet rame karena Bu Susi marah. Ada orang yg lepas ikan arapaima ke Sungai Brantas. Ngakunya cuma 8 ekor, tapi warga dan tim Ecoton menangkap sampai 22 ekor.

Kurang tau sih jadinya pelaku dipenjara apa engga.

https://www.mongabay.co.id/2018/07/17/jangan-lagi-ada-ikan-arapaima-di-sungai-brantas/


Ikan arapaima ini asalnya dari Amerika Selatan. Dia ikan air tawar terbesar di dunia. Beratnya bisa sampe 200 kg. Bayangin kalo ikan-ikan predator ini berkeliaran di sungai kita. Gak butuh waktu lama sampe mereka makan semua ikan-ikan lokal.


Spesies alien invasif gak cuma tumbuhan dan hewan aja loh, tapi juga jamur, bakteri, bahkan virus.

Beberapa wabah penyakit terjadi karena ada spesies patogen (pembawa penyakit) yg dibawa keluar dari habitat alaminya, lalu bermutasi & menular ke manusia.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7110398/


Contohnya virus SARS yang berasal dari hewan reservoir kelelawar & musang. Kerusakan hutan dan perdagangan hewan menyebabkan kontak antara manusia dan kelelawar.

Makanya perdagangan hewan eksotis lintas negara wajib banget melalui balai karantina.


Lalu apa yg bisa dilakukan untuk mencegah spesies invasif ini?

1. JANGAN ASAL LEPAS HEWAN/TANAM POHON TANPA KONSULTASI KE AHLI

Pejabat, polisi, EO, masyarakat sipil jangan sotoy & mengada-ada kalo mau buat acara pelepasan hewan. Jaman skrg sudah ada telepon, email, sosmed dll.

Baca Juga  Ledakan Kasus Covid-19 di Taipei atau Taiwan

Kita bisa konsultasi ke LIPI, dosen, & para ahli dgn mudah. Pelajari soal karakter dari suatu spesies. Dimana habitat aslinya? Apa reproduksinya cepat sekali? Apa menyerap banyak air/unsur hara? Apa dia predator? Apa pernah ada riwayat invasif atau membawa penyakit di tmpt lain?


2. KOMITMEN MEMELIHARA SATWA SAMPAI AKHIR HAYAT

TBH aku kontra dgn orang yg pelihara satwa eksotis karena banyak kasus penelantaran & mistreatment. Sblm pelihara binatang apapun, wajib pelajari cara merawat hewan itu yg benar dari dokter hewan, biolog, atau sumber ilmiah lainnya


Kalo kamu tertarik dgn satwa eksotis, kamu harus sadar satwa ini gaboleh terlepas ke alam. Ga boleh sama sekali!

Harus komitmen merawat sejak awal sampe mati. Aku ketika pelihara kucing udah siap untuk ngasih makan, steril & segala kebutuhannya sampe anakku mati 12-15 tahun lagi


3. JANGAN AMBIL APAPUN DARI HUTAN

“Jangan ambil apapun kecuali gambar” supaya kita gak bawa spesies alien ke daerah kita. Setiap habis masuk hutan, apalagi kalo dari pulau lain, wajib langsung cuci semua baju & sepatu karena bisa aja kita bawa telur parasit, spora jamur dll


4. CABUT/TANGKAP SPESIES INVASIF YG KAMU TEMUI

Kalo kamu liat ada spesies invasif di suatu tempat, misal eceng gondok atau ikan aligator, langsung ambil & matikan sebanyak-banyaknya. Walau ga berhasil memusnahkan, seenggaknya kita bisa mengurangi populasinya.


Mencabut/menebang spesies invasif akan memberi kesempatan spesies lokal untuk hidup lebih lama.

Eceng gondok bisa dimakan & dibuat kerajinan tangan. Kita bisa donasi ke program steril kucing jalanan untuk mencegah ledakan populasi (kucing juga hewan invasif loh).


5. JAGA HUTAN

Untuk penyebaran penyakit zoonosis, kita hrs mencegah satwa vektornya supaya ga masuk ke lingkungan manusia. Jangan rusak hutan supaya satwa2 ini bisa tetap di dalam hutan & ga perlu cari makan ke pemukiman. Manusia juga hrs stop konsumsi hewan selain hewan ternak


6. BENTUK BADAN PENANGANAN SATWA INVASIF

Well, ini tugasnya pemerintah kalo mau serius jaga ekosistem lokal. Harus ada lembaga yg fokus ngurusin ini karena penanganan untuk kasus ekstrem (misal di Baluran & Danau Matano) perlu waktu yg sangat lama & duit yg banyak.


Balai Karantina juga punya tugas berat untuk memastikan sayur, buah, dan hewan impor nggak membawa penyakit masuk ke Indonesia.

Okedeh sekian penjelasan tentang satwa alien invasif. Aku harap temen2 bisa bantu edukasi & bantu awasi kalo ada yg sembarangan lepas satwa asing.

Leave a Reply