Original thread by Rubber Game (@rubbergameid)
Mengapa Viktor Axelsen spesial?
[THREAD]

Sungguh tidak berlebihan menyebut Viktor Axelsen sebagai pebulu tangkis sempurna. Di atas lapangan, segala sesuatu yang ada dalam dirinya memang mendukung hal tersebut. Fisiknya mumpuni, tekniknya jempolan.
Melihat daftar gelar Axelsen yang berderet-deret panjangnya membuat klaim itu makin sahih saja. Sejak pertama kali menjejak bulu tangkis, hampir semua gelar bergengsi pernah dia raih, termasuk emas Olimpiade yang harum semerbak itu.
Pada 2022, Axelsen bahkan sanggup meraih delapan gelar sekaligus. Delapan gelar itu dia capai dalam delapan kali kesempatan menjejak final. Singkat kata: Winrate Axelsen di pertandingan final menyentuh angka 100 persen!
Berbagai reaksi lantas muncul. Sebagian jelas memujinya. Sebagian lagi membuat lelucon yang kurang lebih mengatakan bahwa setiap turnamen adalah tentang siapa yang akan menjadi runner up. Sebab apa? Sebab yang jadi juara sudah pasti Axelsen.
Meski begitu, menyebut Axelsen sebagai pebulutangkis tanpa celah tidak sepenuhnya tepat. Pada beberapa kesempatan, kita bisa melihat bahwa Axelsen juga bisa mengalami hari buruk: Strateginya tak berjalan lancar, serangannya tak efektif, kelemahannya terekspos.
Yang membedakannya dengan pemain lain, Axelsen selalu tahu apa yang membuatnya kewalahan dan karena itulah dia hampir selalu menemukan jalan keluar dari situasi-situasi tersebut.

Karena kerap kewalahan dan sakit punggung saat harus membungkuk dalam posisi bertahan, Axelsen fokus melatih punggung dan kakinya. Lantaran mengidap asma dan alergi rinitis sehingga kesulitan menghadapi cuaca Denmark, dia memutuskan pindah ke Dubai.
Sekitar 2015, mentalitas adalah masalah lain. Sudah sangat biasa melihat Axelsen muda mengutuk diri kala bertanding, bahkan memasang wajah frustasi. Melihat dia kalah tragis meski sudah unggul jauh juga bukan hal langka, termasuk pada final Japan Open 2015 melawan Lin Dan.

Sadar akan kelemahannya, Axelsen merekrut pelatih mental. Ada beberapa orang yang pernah bekerja dengannya, termasuk BS Christiansen. Hadirnya sosok2 seperti Christiansen ini mengubah Axelsen sepenuhnya, membentuknya sebagai pebulutangkis sekaligus pribadi yg lebih tangguh.
Maka jangan heran jika Axelsen juga mampu keluar dari situasi sulit saat berlaga di atas lapangan. Saat melawan Kodai Naraoka di semifinal WTF 2022, Axelsen kewalahan. Agresivitas, daya juang dan pukulan-pukulan silang pemain Jepang itu bikin dia pontang-panting sepanjang laga.
Axelsen bahkan nyaris kalah karena Kodai sudah mendekati match point di pengujung gim kedua. Namun, dalam situasi tertekan, bahkan berulang kali berteriak, Axelsen mampu memberi respons tepat. Agresivitas Kodai dia hadapi dengan lob2 panjang guna menekan stamina lawannya itu.

Arah pertandingan pun berbalik. Kemenangan jadi milik Axelsen.
Hal-hal seperti itulah yang bikin Axelsen spesial. Terlebih, dia sangat obsesif pada kemenangan. Untuk mencapainya, Axelsen akan melakukan segala macam cara. Mustahil melakukan semua itu tanpa mengetahui apa yang jadi kekurangan dirinya sendiri.
Omong-omong, selamat ulang tahun @ViktorAxelsen!