Kronologi Penangkapan Pembunuh Open B0 MiChat

  • Post author:
  • Post category:News
  • Reading time:7 mins read
Original thread by Abimanyu (@prabu_abimanyu)

Waktu itu malam natal. Hujan yang sore tadi turun deras telah berganti menjadi rintik. Kami menunggu di Pos Pengamanan sambil berharap malam ini berlalu dengan baik.

Tapi semua itu berakhir ketika jam 22.15, anggota menelpon dan berkata, “Ndan, ada 338..”.


Sial, dari semua malam kenapa harus malam ini?

2 tim buser saya sedang pengejaran pelaku begal di Madura dan 2 tim lagi baru saja pulang setelah 2 hari memburu pelaku upal di Jember. Pikiran ini masih berkutat pada siapa saja personel yang harus digerakkan ke TKP.


Tidak boleh ada ruang keraguan.
Golden hours, 48 jam pertama dalam pengungkapan kasus pembunuhan harus dimaksimalkan.

Akhirnya, saya pun pergi untuk olah TKP dan identifikasi, sembari menunggu anggota lain datang ke TKP.


Sesampainya di TKP, di sebuah petak kosan itu, saya pun terhenti sejenak karena korban sudah tidak ada di TKP.

Warga mengatakan kalau korban dibawa ke rumah sakit karena menurut keterangan pacarnya, korban masih bernafas namun dalam kondisi kritis.


Kedua keterangan yang berbeda.

Ragu, tapi tetap saya harus pastikan semuanya.

Saya pun menghubungi anggota yang masih dalam perjalanan untuk langsung ke Rumah Sakit, mengamati apa yang ada di RS dan mendapatkan gambaran sebenarnya.


Di TKP yang terbilang tidak terlalu steril ini, saya mulai olah TKP. Tidak ada yang banyak diambil dari dalam kosan, hanya diketahui ada 3 HP yang hilang dan kalung emas.

Tapi sebentar, di tumpukan rak sepatu ada berjajar sepatu anak usia TK? Berarti ada anak kecil di sini.


Masih banyak pertanyaan, tapi sudahlah..

Sembari menunggu laporan tim di RS, saya mulai mengamati lokasi sekitar.

Di teras rumah sebelah, jarak 10 m dari TKP, ada 3 orang pemuda sedang duduk mengobrol. Saya pun bergerak mencari informasi.


Menurut saksi 1, dia duduk bertiga mengobrol dari jam 20.30.

Setelah itu sekitar jam 21.15 dia mendengar pacar korban (Andre) berteriak “tulung udak arek kae (tolong kejar orang itu)” sembari menunjuk seorang laki-laki yang mempercepat jalannya.

Baca Juga  Perjuangan Ayah Korban Pemerkosaan Oleh Anak Anggota DPRD Bekasi

Dalam waktu itu, saksi juga melihat laki-laki dengan hoodie warna jeans, tinggi badan 165cm, dan badan ideal berjalan cepat ke arah jalan desa.

Sempat bingung sejenak, saksi dan temannya kemudian mengejar laki-laki itu namun kehilangan jejak.

Apakah dia pelakunya?


Tim RS pun memberikan kabar.

Korban sudah dalam kondisi meninggal dengan luka seperti akibat hantaman di bagian mulut.

Selain itu, ternyata korban memiliki seorang anak usia 6 tahun yang saat didatangi oleh tim, dia menunjuk Andre sambil berucap “Ayah.. ayah..”.


Beberapa hal masih janggal.

Kenapa proses pembunuhan ini tidak ada yang tau?
Kenapa saksi yg berjarak sangat dekat dengan TKP tidak mendengar keributan?
Kemana Andre saat kejadian?
Dan apa maksud teriakan anak korban tadi?

Aaah.. terlalu banyak asumsi di otak saat ini.


Sebuah prinsip dalam penyelidikan, tidak boleh ada asumsi.

Fakta harus jelas dan dapat dibuktikan.

Saya harus bagi tim untuk mengejar pria berhoodie, introgasi saksi, dan juga Andre yang pertama kali menemukan korban.


Menurut Andre, saat itu dia dan anak korban sedang ke warung membeli sesuatu. Dan pada jam 21.15 sesampainya di kosan, dia kaget karena menemukan korban di kamar mandi dengan kondisi tangan dan kaki terikat.

Diapun segera melarikan korban ke RS sembari meminta tolong ke warga.


Pada saat kembali kosan, Andre berpapasan dengan sosok pria berhoodie biru yang mempercepat langkahnya. Namun setelah dikejar dia menghilang.

Menurut Andre, dialah yang keluar dari kosan dan membuat korban seperti ini.


Di sisi lain, saksi justru mengatakan kalau sejak 20.30 dia duduk di teras dan tidak melihat orang yang masuk ke kosan.

Sampai jam 21.15 pun, dia tidak mendengar adanya keributan sampai Andre berteriak minta tolong.

Baca Juga  Daftar Awak Kapal Selam KRI Nanggala 402

Hal ini membuat saya ragu karena menurut Andre dia baru datang jam 21.15 WIB. Tapi kenapa saksi yang duduk dengan jarak 10m dari TKP tidak melihat orang masuk?

Sial, cerita mana yang harus dipercaya?


Waktu sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Tiba-tiba pedagang nasgor menginformasikan kalau dia melihat pria berhoodie dg ciri yg sama ada di kecamatan sebelah sedang berjalan cepat.

Saya pun memutuskan mengejar informasi ini dl, setidaknya ada yg saya lakukan selain menunggu.


Sampai jam 5 pagi, belum ada kabar yang berarti. Pencarian pria berhoodie ini masih mengambang.

Lanjut atau pulang?
Besitan pemikiran itu tersapu oleh pekikan anggota, “Wis lanjut ae Ndan, tanggung!”

Saya rasa saya cukup beruntung mempunyai tim yg saling menguatkan seperti ini.


Siang harinya, kami mendapatkan hasil otopsi. Ternyata luka di mulut korban bukanlah penyebab kematian.

Penyebab kematian korban adalah kehabisan oksigen karena tekanan pada leher.

Jadi ini maksud dari luka kebiruan pada leher korban?


Pencarian masih berlanjut ke hari kedua. Baket hanya bertambah kalau pria berhoodie ini mempunyai logat sumatra.

Sial, golden hours sudah hampir terlewati.

Saya pun meminta bantuan ke Paguyuban Nasgor Kijang1-Ganti. Berharap segera ada petunjuk yg berarti.


Dan benar saja, jam 21.00 saya mendapat info kalau pria hoodie ini ada di Kab P di perbatasan Jateng. Lokasi berjarak 5 jam perjalanan dari sini, di sebuah dataran tinggi.

Jarak itu sendiri sudah serta merta memberikan tekanan pada tekad. Ditambah anggota yg sudah habis tenaga.


Anggota yang kelelahan, waktu malam hari, dan kondisi yang belum diketahui, tentu tak bisa diabaikan.

“Gas ga ini?”, saya lontarkan pertanyaan itu ke anggota.

Setidaknya, saya tidak mau dinilai sebagai pimpinan yang otoriter.


“Wis, gas ae Ndan!”, teriak salah satu anggota buser.

Dan jawaban itu menandakan keberangkatan kami ke Kab P jam 22.00. Menyusuri gelap malam, memperjelas sebuah harapan terungkapnya misteri ini.

Baca Juga  Anak Ingin Ibunya Mati Dan Ibu Ingin Anaknya Sakit

Daerah gunung yang masih asri memang sejuk ternyata. Tepat fajar kami sampai di tempat itu. Kami sempatkan untuk berfoto dengan langit jingga ini, lalu istirahat sejenak. Mempersiapkan tenaga dan mental untuk menghadapi bagian krusial dari pengungkapan ini.

play-rounded-fill

play-rounded-fill


Sore hari, persembunyian pria berhoodie sudah diketahui.

Kami mulai dengan mengetuk pintu dan ucapkan salam.

“Assalamualaikum.., Roni ne wonten?”, sebuah penggerebekan yang sopan.


“Oh wonten Pak, monggo mlebet (oh ada Pak, silahkan masuk)”, sambut si pemilik rumah.

Seorang pria muncul. Berhoodie, tinggi dan perawakan sama, serta membawa barang milik korban.

Seketika lelah kami hilang, terbayar dengan kepuasan. Dia pria yang kami cari selama ini.


Kami pun segera membawanya kembali ke mako.

Di perjalanan, dia mengakui semuanya.

Dia juga menceritakan bagaimana dia bisa sampai di gunung ini.


Pelaku awalnya berkenalan dengan korban melalui “aplikasi hijau yang bukan whatsapp”.

Dalam chat keduanya, tercipta kesepakatan sehingga membuat pelaku datang ke kosan korban. Kesepakatan itu dijalankan selama 1 jam di kosan korban. Namun petaka dimulai ketika semuanya selesai.


Pelaku tidak mempunyai cukup uang. Korban pun berkata,“Kalau ga punya uang, ga usah BO”.

Perkataan inilah yg kemudian membuat pelaku naik pitam. Pelaku memukul bagian wajah sembari membekap mulut korban menggunakan handuk. Setelah lemas, pelaku mengikat kedua tangan kaki korban


Pelaku lalu mengambil 3 buah HP dan perhiasan korban dan pergi. Kabur ke Surabaya, menjual HP korban, lalu uangnya digunakan sebagai ongkos untuk kabur ke Kab P.

Ceritanya pelarian berlanjut sampai akhirnya bertemu dengan kami 44 jam kemudian.


Alhamdulillah, tunai sudah.

Asumsi telah terjawab, pelaku telah tertangkap.

Kronologi Penangkapan Pembunuh Open B0 MiChat

Untuk semuanya, hati-hatilah untuk merespon emosi.

Jangan manjakan perasaan itu, kalau tak ingin dia berbalik menusukmu.

Jangan pernah mengambil keputusan di saat kita sedang senang-senangnya atau sedang marah-marahnya.

Leave a Reply