Original thread by mwv.mystic (@mwv_mystic)
Menelisik Kondisi Jasad 7 Pahlawan Revolusi dan Perbedaannya dengan Versi Orde Baru
a thread

G30S PKI atau beberapa lagi menyebutnya Gestapu, setiap tahunnya menjelang akhir bulan September, suka atau tidak selalu kembali menjadi perbincangan.
Kali ini kita tidak akan memperdebatkan siapa yang salah, siapa pelaku dan siapa otaknya, itu adalah pertanyanan permanen yang tidak menemukan titik setelah berpuluh puluh tahun kasus ini terjadi.
Kali ini kita akan bahas tentang keadaan jenazah para pahlawan revolusi, dari proses penemuannya, luka luka di tubuhnya, hingga perbedaan yang sangat mendasar antara hasil rilis orde baru dengan hasil rilis 5 dokter ahli yang memeriksa ketujuh jasad tersebut.
Sebelumnya kita mulai dari penemuan lokasi pembuangan ketujuh jasad pahlawan revolusi yang penemuannya dibantu oleh seorang polisi bernama Sukitman yang menjadi saksi saat kejadian kelam itu berlangsung.
? AKBP Sukitman, http://Surya.co.id

Lubang yang menimbulkan aroma busuk itu teridentifikasi pada tanggal 3 Oktober 1965 dibawah timbunan dedaunan dan lumpur. Namun saat itu belum ada yang mampu dan sanggup untuk turun karena aroma yang membuat banyak orang disana muntah dan pusing.
Akhirnya, team meminta bantuan dari Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL) yang saat itu diperbekali dengan perangkat menyelam berupa tabung oksigen. Team yang dipimpin oleh Komandan KIPAM KKO-AL Kapten Winanto ini melakukan evakuasi jenazah pahlawan revolusi.
Satu persatu pasukan KKO dengan peralatan menyelam turun ke dalam lubang yang sempit itu.
Berikut adalah kronologi dan urutan pengangkatan para jenderal
? tabung oksigen yang digunakan saat evakuasi by http://Frewaremini.com

Pukul 12.05 WIB, anggota RPKAD Kopral Anang turun lebih dulu ke Lubang Buaya. Dia mengenakan masker dan tabung oksigen. Anang mengikatkan tali pada salah satu jenazah. Setelah ditarik, yang pertama adalah jenazah Lettu Pierre Tendean, ajudan Jenderal Nasution.
Pukul 12.15 WIB, Serma KKO Suparimin turun, dia memasang tali pada salah satu jenazah, tapi rupanya jenazah itu tertindih jenazah lain sehingga tak bisa ditarik.
Pukul 12.30 WIB, giliran Prako KKO Subekti yang turun. Dua jenazah berhasil ditarik, keduanya kemudian teridentifikasi sebagai Mayjen S Parman dan Mayjen Suprapto.
Pukul 12.55 WIB, Kopral KKO Hartono turun dan memasang tali pada dua jenazah di bawah dan berhasil mengangkat jenazah Mayjen MT Haryono dan Brigjen Sutoyo.
Pukul 13.30 WIB, Serma KKO Suparimin turun untuk kedua kalinya. Dia berhasil mengangkat jenazah Letjen Ahmad Yani. Dengan demikian, sudah enam jenazah pahlawan revolusi yang ditemukan.
Sebagai langkah terakhir, harus ada seorang lagi yang turun ke sumur untuk mengecek apakah sumur sudah benar-benar kosong. Tapi semua penyelam KKO dan RPKAD sudah tak ada lagi yang mampu masuk ke dalam sumur.
Mereka semua kelelahan dan secara psikologis juga cukup terguncang. Bahkan diantara para prajurit yang turun ke dalam sumur, ada yang keracunan bau busuk, hingga terus muntah-muntah. Hal ini sangat logis, karena (maaf) jenazah berkubang dgn darah sendiri selama hampir 4 hari.
Akhirnya Kapten Winanto sebagai komandan, terpanggil untuk melakukan pekerjaan terakhir ini. Dia turun dengan membawa alat penerangan dan melihat keberadaan jasad lainnya.
Ternyata benar, setelah dipasangi tali dan ditarik keluar, itu adalah jenazah terakhir dari daftar perwira AD yang hilang, atas nama Brigjen D.I. Panjaitan.
Penggambaran posisi tumpukan jenazah di sumur tersebut kurang lebih dapat digambarkan seperti ini :

Ketujuh jenazah berhasil diangkat, namun kondisinya sudah sangat sulit dikenali. Tubuh yang sudah membengkak dan keadaan jenazah yang terendam darah dan lumpur selama berhari hari dibawah tanah membuat pembusukannya berlangsung cepat.
Foto sesaat setelah jenazah dikeluarkan :

Soeharto lalu menunjuk 5 orang yang bertugas mengidentifikasi dan mengautopsi ke-7 jasad tersebut. Mereka dipacu dengan waktu dan pembusukan yang terus semakin parah.
Kelima dokter tersebut adalah :
1. dr. Brigardir Jenderal Roebiono Kertopati (perwira tinggi yang diperbantukan di RSP Angkatan Darat)
2. dr. Kolonel Frans Pattiasina (perwira kesehatan RSP Angkatan Darat)
3. Prof. dr. Sutomo Tjokronegoro (ahli Ilmu Urai Sakit Dalam dan ahli Kedokteran Kehakiman, prof FK UI)
4. dr. Liauw Yan Siang (lektor dalam Ilmu Kedokteran Kehakiman FK UI) (kanan foto)
5. dr. Liem Joe Thay (atau dikenal sebagai dr. Arief Budianto, lektor Ilmu Kedokteran Kehakiman Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI) (kiri foto)

Lewat tengah malam, pukul 12.30 atau dinihari 5 Oktober, dr. Roebiono dkk menyelesaikan tugas mereka. Beberapa jam kemudian, saat matahari sudah cukup tinggi, ketujuh jenazah kemudian dimakamkan di TMP Kalibata.
Hasil pemeriksaan ini kemudian dikeluarkan, atau disebut dengan Visum Et Repertum, yang berisi tanggal, data jenazah yang diperiksa dan data para dokter yang mengerjakan pemeriksaan tersebut.
Dokumen ini dahulu tidak tersebar sampai akhirnya beberapa waktu kebelakang, salinan dari Visum Et Repertum ini tersebar dan pihak terkait (salah satunya dr Liaw sendiri melalui wawancara dgn Alfred Ticoalu) mengatakan bahwa salinan ini sesuai dengan apa yang ia kerjakan

Dan berikut info grafis tentang hasil pemeriksaan tubuh para pahlawan revolusi tersebut :
1. Ahmad Yani
diidentifikasi oleh dokter pribadinya, Kolonel CDM Abdullah Hassan, dgn penanda utama parut pada punggung tangan kiri dan pakaian yang dikenakannya serta kelebihan gigi berbentuk kerucut pada garis pertengahan rahang atas diantara gigi-gigi seri pertama.

2. R. Soeprapto
diidentifikasi oleh dokter gigi RSPAD Kho Oe Thian dari susunan gigi geligi sang jenderal.

3. M.T Harjono
Jenazah Mayjen MT. Harjono diidentifikasi oleh saudara kandungnya, MT. Moeljono, pegawai Perusahaan Negara Gaya Motor. Salah satu tanda pengenal jenazah ini adalah cincin kimpoi bertuliskan “Mariatna”, nama sang istri.

4. S. Parman
Cincin kimpoi, bertuliskan “SPM” juga menjadi salah satu penanda jenazah Mayjen S. Parman, selain kartu tanda anggota AD dan surat izin mengemudi serta foto di dalam dompetnya.

5. D.I Panjaitan
Jasad Brigjen DI. Panjaitan diidentifikasi oleh adiknya, Copar Panjaitan dan Samuel Panjaitan, dan dikenali dari pakaian dinas yang dikenakannya serta cincin mas di tangan kiri yang bertuliskan “DI. Panjaitan”.

6. Soetojo Siswomihardjo
Jasadnya diidentifikasi oleh adiknya, dokter hewan Soetopo. Jenazah Brigjen Soetojo dikenali dari kaki kanannya yang tidak ber-ibujari, pakaian yang dikenakannya, arloji merek Omega dan dua cincin emas masing-masing bertuliskan “SR” dan “SS”.

7. Pierre Tendean
Lettu P. Tendean yang dikenali perwira kesehatan Dirkes AD CDM Amoro Gondoutomo yang menjadi dokter pribadi Menko Hankam/KASAB. Mayat P. Tendean dikenali dari pakaian yang dikenakannya, gigi geligi dan sebuah cincin logam dengan batu cincin berwarna biru.

Namun sebagaimana yang disebutkan diawal, hasil autopsi ini tidak dibuka di publik saat itu. Penyampaian yang diterima oleh publik adalah berdasarkan rilis militer.
Ada beberapa point yang cukup berbeda, terutama tentang keadaan jenazah. Diantaranya, rilis militer kala itu mengatakan Ahmad Yani dicongkel matanya, sedangkan pada rilis autopsi tidak tertera demikian.
Selain itu dikabarkan juga bahwa Mayjen Soeprapto dipotong kemaluannya oleh Gerwani, namun kembali hal ini sama sekali tidak ditemukan saat autopsi dilakukan.
Kita tidak menyangkal apa yang dilakukan para pelaku sangat kejam dalam menghabisi nyawa ketujuh pahlawan revolusi ini, tapi rilis Orde Baru yang menambahkan beberapa hal seperti pencongkelan mata, mengiris telinga, sampai pemotongan kemaluan juga dipertanyakan faktanya darimana.
Namun apa yang diketahui masyarakat adalah apa yg disebarkan pemerintah kala itu. Masyarakat marah mendengar kekejian itu dan segera bergerak hingga berujung pada pemusnahan kelompok PKI dan underbownya.
Bagaimana pendapatmu memaknai perbedaan hasil rilis jenazah ini? Dan kenapa bisa ada perbedaan tersebut?
Buat yang suka konten seperti ini, ingin berdiskusi, bertanya dan menyampaikan pendapatnya bisa join ke grup Telegram Teman Misteri dari Kumparan yaa.
Link joinnya ada disini :
http://bit.ly/temankumparanmisteri
Referensi bacaan :
https://tirto.id/dimulainya-rekayasa-dan-hoaks-penyiksaan-para-jenderal-c3Us
Ebook wawancara Alfred D Ticoalu dengan dr Liaw Yan Shang

http://www.frewaremini.com/2014/12/barang-peninggalan-korban-g-30-spki.html?m=1