Kisah Mbah Jum: Pedagang Tempe Tunanetra Penghuni Surga

Original thread by Hafidz ALATTAS (@HafidzAlattas)

MBAH JUM|
|Sebuah Thread|

Mbah Jum seorang tunanetra yang berprofesi sebagai pedagang tempe. Setiap pagi beliau dibonceng cucunya ke pasar untuk berjualan tempe. Sesampainya dipasar tempe segera digelar. Sambil menunggu pembeli datang, disaat pedagang lain sibuk menghitung uang

Kisah Mbah Jum: Pedagang Tempe Tunanetra Penghuni Surga

mengobrol, Mbah Jum selalu bersenandung sholawat. Cucunya meninggalkan Mbah Jum sebentar, karena ia juga bekerja sebagai kuli panggul di pasar itu. Dua jam kemudian, cucunya datang kembali untuk mengantar simbah pulang ke rumah.

Tidak sampai 2 jam dagangan tempe Mbah Jum ludes.


Mbah Jum selalu pulang paling awal dibanding pedagang lainnya. Sebelum pulang Mbah meminta cucunya menghitung uang hasil dagangannya. Bila cucunya menyebut lebih dari Rp 50 ribu, Mbah lalu meminta cucunya mampir ke masjid untuk memasukkan uang kelebihan ke kotak amal.


Kata Simbah, “modalnya bikin tempe cm 20 ribu. Hasil jualan dapet 50 ribu itu sdh banyak. Kalau lebih berarti itu punyanya Gusti Allah, harus dikembalikan lagi. Lhaa, rumahnya gusti Allah kan mesjid, makanya kl dapet lebih dari 50 ribu, Mbah masukin ke mesjid”.


Simbah itu tiap hari bawa tempenya ga pernah berubah-ubah jumlahnya sama. Tapi kenapa hasil penjualan simbah bisa berbeda-beda. Kalau ada yg beli tempe (karena simbah g bisa melihat), dia selalu bilang, “ambil sendiri kembaliannya”. Tapi mereka para pembeli itu selalu bilang,


“uangnya pas kok Mbah ga ada kembalian”. Padahal banyak dari mereka yg beli tempe 5ribu, ngasih uang 20 ribu. Ada yg beli tempe 10 ribu ngasih uang 50 ribu. Dan mereka semua selalu bilang uangnya pas, ga ada kembalian. Pernah suatu hari simbah dapat uang 350 ribu.

Baca Juga  Cara Melawan Polisi Jika Laporanmu Diabaikan

Yaaa, 300rb-nya ditaruh dikotak amal masjid”, begitu cucu Simbah menjelaskan.

Sampai rumah pukul 10:00 pagi beliau langsung masak utk makan siang dan malam. Ternyata Mbah Jum juga seorang tukang pijat bayi. Jadi bila ada anak2 yg rewel krn demam, batuk, pilek, diare, orgtua mrk


langsung membawanya ke Mbah Jum. Bahkan bukan hanya untuk pijat bayi dan anak-anak, mbah Jum juga bisa membantu pemulihan kesehatan bagi orang dewasa yang mengalami keseleo, memar, patah tulang, dan sejenisnya. Mbah Jum tidak pernah memberikan tarif untuk jasanya itu,


padahal beliau bersedia diganggu 24 jam bila ada yang butuh pertolongannya. Bahkan bila ada yang memberikan imbalan untuk jasanya itu, ia selalu masukan lagi 100% ke kotak amal masjid. Ya ! 100% !

Mbah Jum memberi penjelasan sambil tersenyum: “Kulo niki sakjane mboten pinter


mijet. Nek wonten sing seger waras mergo dipijet kaleh kulo, niku sanes kulo seng ndamel seger waras, niku kersane gusti Allah. Lha dadose mbayare mboten kaleh kulo, tapi kaleh gusti Allah.

(Saya itu sebenarnya nggak pinter mijit. Kalau ada yang sembuh karena saya pijit, itu


bukan karena saya, tapi karena gusti Allah. Jadi bayarnya bukan sama saya, tapi sama gusti Allah)”.

Manusia yang datang dari peradaban kapitalis akan terkaget-kaget saat dihadapkan oleh peradaban sedekah tingkat tinggi model Simbah Jum ini.

Mbah Jum tinggal bersama 5 cucunya.


Sebenarnya yang cucu kandung Mbah Jum hanya satu, yaitu yang paling besar usia 20 tahun (laki-laki), yang selalu mengantar dan menemani Mbah Jum berjualan tempe di pasar. 4 orang cucunya yang lain itu adalah anak-anak yatim piatu dari tetangganya yang dulu rumahnya kebakaran.

Baca Juga  Pembelajaran yang Didapat Setelah Bekerja

Masing-masing mereka berumur 12 tahun (laki-laki), 10 tahun (laki-laki), 8 tahun (laki-laki) dan 7 tahun (perempuan).

Dikarenakan kondisinya yang tunanetra sejak lahir, membuat Mbah Jum tidak bisa membaca dan menulis, tapi SubhanAllah Mbah Jum mampu menghafal 30 Juz alQuran ?


Cucunya yang paling besar ternyata guru mengaji untuk anak-anak di kampung mereka. Ke-4 orang cucu-cucu angkatnya ternyata semuanya sudah khatam Al-Quran, bahkan 2 diantaranya sudah ada yang hafal 6 juz dan 2 juz.

“Kulo niki tiang deso. Mboten saget ningali nopo-nopo ket bayi.


Alhamdulillah kersane gusti Allah kulo diparingi berkah, saget apal Quran. Gusti Allah niku bener2 adil kaleh kulo.” (saya ini orang desa. Ga bisa melihat apapun dari bayi. Alhamdulillah kehendak gusti Allah, saya diberi keberkahan, bisa hafal Al-Quran. Gusti Allah itu benar2


adil sama saya).

Kisah ini bukan kisah seorang Ulama ataupun Waliyullah. Hanya kisah seorang perempuan desa yang buta yg mampu membuat iri hati seluruh penghuni Alam.

Dari group whatsapp.


Sumber cerita tulisan Irene Radjiman di: https://akuratnews.com/mbah-jum-penduduk-bumi-yang-bikin-iri-para-bidadari/

*dgn sedikit editing utk menyesuaikan format utas

Leave a Reply