Original thread by Garis Tengah (@garistengah_id)
Sejak Newcastle United dibeli sama Public Investment Fund punya Mohammed Bin Salman, mereka jadi klub terkaya di Inggris.
Setelahnya, banyak yang menduga kalo pemain-pemain bintang bakal langsung datang. Tapi, mereka memilih melakukannya secara perlahan.
Kenapa? A thread.

Pertama, kita mulai dari sudut pandang para pemain bintang. Emang bener klub kaya baru punya kemampuan buat beli pemain2 kelas dunia.
Tapi, apa mereka udah cukup ‘menarik’ buat pemain level dunia ini? Apakah kalo gabung, para bintang tadi bisa ‘didukung’ untuk berfungsi optimal?


Omong-omong tentang dukungan untuk berfungsi optimal, skincaremu juga butuh loh! Dan sunscreen adalah jawaban atas kebutuhan itu~
Dengan hadirnya sunscreen, produk skincare lain bisa terbantu buat bekerja lebih optimal.
Gas checkout sunscreen di sini?




Oke, sekarang kembali ke laptop~
klub kaya baru (dalam hal ini Newcastle) belum punya daya tarik untuk berburu pemain kelas satu. Apa maksudnya?
Pertama mereka masih ‘medioker’ di klasemen. Di transfer window pertamanya setelah jadi kaya, mereka ada di peringkat ke-18.

Ga mungkin kan kita bayangin Mbappe atau Haaland gabung ke klub yang lagi ada di peringkat ke-18?
Ditambah, Newcastle juga belum lolos ke kompetisi Eropa. Buat pemain bintang yang masih muda dan sangat berambisi, bermain di Liga Champions adalah syarat mutlak.

Kedua, fasilitas. Pemain yang sebelumnya main di klub dengan fasilitas mewah, tiba2 dikasih fasilitas biasa aja, udah pasti ga mau.
Ketiga, coba liat bedanya Lewandowski di klub sama di Timnas. Polandia gak punya skuat berkualitas yang bisa mendukungnya. Jadi ya… susah.

Newcastle lewat interim chief executive mereka, Amanda Staveley, nampaknya sadar sama hal2 ini.
Dia janji bakal datengin pemain kelas dunia. Cuman dia sadar kehadiran pemain kelas dunia harus mengikuti infrastruktur.
Sedangkan katanya, training ground Newcastle cukup buruk.


Makanya secara khusus, para pemilik baru ini punya beberapa fokus.
Selain training ground, mereka juga ingin berinvestasi di kotanya juga. Ini ada hubungannya juga sama St. James Park yang berlokasi di pusat kota.
Terus, akademi juga jadi salah satu fokus yang sangat penting.

Meskipun beli pemain bintang bukan prioritas, mereka tetap butuh pemain baru buat menghindari degradasi.
Maka, kebijakan mereka di transfer window pertama adalah mendatangkan beberapa pemain andalan dari klub yang selevel. Plus Trippier yang sudah lewat 30 tahun.




Di transfer window kedua setelah jadi kaya, rumus transfernya hampir sama: Pope yang terdegradasi di Burnley, Targett yang dipermanenkan, ditambah dua pemain muda yang belum mencicipi tim besar (Botman dan Isak).
Turns out, nama-nama itu bisa bekerja dengan baik di bawah Howe.




Ini mirip banget sama City di awal-awal jadi kaya. Sambil bangun fasilitas yang grade A, mereka datengin pemain-pemain yang belum ada di level world class.
Cuman, lama kelamaan, daya tarik mereka meningkat dan itu pasti akan sejalan dengan nama besar yang berlabuh.

Jadi, menyuntikkan dana besar ke klub itu bukan tentang mengganti semua pemain dalam 1 transfer window.
Yang lebih penting adalah sustainability. Untuk mencapainya, dana akan lebih efektif jika difungsikan untuk merombak sektor lain. Infrastruktur, contohnya.


Referensi:
https://www.11v11.com/league-tables/premier-league/31-january-2022/
Foto:
Football365
talksport
Unisport
Skysport
The telegraph
Newcastle
Detik
Goal
Statcity