Inilah Sebabnya Terjemahan Al-Qur’an Bahasa Inggris Lebih Mengena

  • Post author:
  • Post category:Agama
  • Reading time:5 mins read
Original thread by Qaris Tajudin (@QarisT)

Pernah gak ngerasa kalau baca terjemahan Al-Quran bahasa Inggris lebih enak dari bahasa Indonesia? Kayaknya lebih dapet maknanya dan masuk banget.

Itu bukan cuma perasaan, tp kenyataan. Ini sejumlah sebabnya.

?


Pertama, ada banyak kata yg tidak diterjemahkan. Contoh, dalam terjemah Indoensia, kata ghaib dan takwa gak diterjemahin. Mgk ada yg bilang. “Kan kita udah tahu maknanya krn udah jd bahasa Indonesia juga?”


Betul. Tp, meski sudah jd kata Indonesia, makna kata-kata itu masih samar utk banyak orang. Ghaib, misal, dlm benak umum ini terkait dengan hal2 mistis. Tp di terjemahan Inggris diartikan dg jelas: “unseen” (yang tak terlihat). Takwa = mindfulness (sadar/menyadari).


Selama ini kita nyamain takwa dengan iman atau bahkan soleh, tp di terjemahan Inggris tyt lebih dalem: mindful. Kadang takwa diartikan fear, tergantung konteksnya. Jd memang bisa luas dan beragam. Kedalaman dan keragaman itu gak muncul saat takwa gak diterjemahin.

Al-Baqarah 2

Inilah Sebabnya Terjemahan Al-Qur’an Bahasa Inggris Lebih Mengena

Yg sering disalahpahami adalah terjemahan muflihun (t. Indonesia: orang-orang yg beruntung). Di terjemahan Inggris diartikan “who are successful” (mereka yang berhasil/sukses). Beruntung bisa diartikan luck, tapi berhasil itu muncul dr usaha. Beda banget, kan?


Kedua, terjemahan Indonesia memakai pendekatan hukum, bukan sastrawi. Tanpa mengurangi rasa hormat pd ulama yg menerjemahkannya dg susah payah, tp terjemahan Indonesia mmg kaku, krn terpaku secara tekstual.


Ketiga, gaya bahasa yg dipakai, selain kaku juga kuno. Masih memakai kata dari masa lalu, kayak “barang siapa” dll.


Keempat, selain soal arti, ada hal lain yg harus diperhatiin, seperti bunyi, rima, dll. Ini krn Alquran adl kitab sastra. Nabi SAW gak dikasih mukjizat keajaiban fisik kayak Nabi Musa, tp wahyu yg mampu mengalahkan karya sastra lainnya. Ingat, zaman itu adl puncak sastra Arab.

Baca Juga  Nasehat Mbah, Jika Ingin Keluarganya Sakinah, Amalkan Jopo Montro Ini

Jd, utk mendekati Alquran, utk bisa merasakan keagungannya, salah satunya adalah dengan bahasa (sastrawi). Pendekatan yg sama jg dituntut saat menerjemahkannya. Tentu, gak ada terjemahan yg bisa nyamain aslinya. Karya sastra apa pun, apalagi puisi, gak bisa “diterjemahkan”.


Dalam artian, ada jarak antara asli dan terjemahan krn beda bahasa dan budaya. Meski demikian, bukan berarti gak ada upaya yg bisa dilakukan untuk mendekatkan. Mendekatkan ini bkn utk menyamai, tp buat merasakan sedikit keajaibannya.


Kok gak ada upaya utk membuat terjemahan Alquran yg sastrawi hingga kita enak membacanya? Sebenarnya ada. Tp ditentang oleh sebagian orang. Penentangan ini begitu kuat sampai orang lain takut melakukannya lagi.


Pada 1977, terjemahan Alquran karya H.B. Jassin diterbitkan oleh penerbit Djambatan dan diberi nama “Al-Quranul-Karim Bacaan Mulia”. Jassin tergugah utk buat terjemah Alquran setelah istrinya meninggal pada 1962, krn ia jd banyak baca Alquran.


Sepuluh tahun kemudian, waktu di Belanda, ia membaca terjemahan Abdullah Yusuf Ali, The Holy Qur’an. “Itulah terjemahan yang saya rasa paling indah disertai keterangan-keterangan yang luas dan universal sifatnya…


“Untuk menimbulkan kesan yang estetis, penyair mempergunakan irama dan bunyi. Bukan saja irama yang membuai beralun-alun, tapi juga—jika perlu—irama singkat melompat-lompat atau tiba-tiba berhenti mengejut untuk kemudian melompat lagi penuh tenaga hidup…


“Bunyi yang merdu didengar, ulangan-ulangan bunyi bukan saja di ujung baris, tapi juga di antara baris, mempertinggi kesan keindahan pada pendengar atau pembaca,” kata dia. Jassin kemudian tertarik buat terjemahan Alquran yg nyastra


Tp Bacaan Mulia ditentang banyak orang. Jassin dianggap tak berhak menerjemahkan krn gak terlalu paham bahasa Arab, gak ngerti ilmu alat, dll. Bahkan judul Bacaan Mulia yang terjemahan dari Al-Quran Al-Karim jg dimasalahkan. Aneh.

Baca Juga  Kisah Imam Ahmad B. Hanbal Satu Sel Bersama Bajingan Besar

Padahal, terjemahan Jassin ini tidak jauh berbeda dg terjemahan lain. Ia hanya membuatnya terbaca lbh enak dan muda. Misal, terjemahan “Mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?” diganti menjadi: “Mengapa kamu katakan apa yang tiada kamu lakukan?”


Meski demikian, banyak jg yg mendukung Jassin. Buya Hamka (ulama yg sastrawan) dan Prof. Aboebakar Atjeh bahkan memberi kata pengantar di edisi pertama.


Menurut Mukhtar Luthfi al-Anshari dari MUI DKI, kebanyakan ulama hanya berpegang pada sebagian kitab tafsir , terutama mengacu ke tafsir Ibnu Katsir. Karenanya, mereka kaget waktu ada terjemahan yg gak sama dengan aliran standar mereka.


Jadi, kenapa terjemahan Alquran dalam bahasa Indonesia itu kaku dan kerap susah dimengerti, bukan karena bahasa Indonesianya, tapi krn kekakuan kita yg gak mau lihat sesuatu yg berbeda.


Baru bisa buat cuplikan kecil tentang Al-Fatihah. Semoga bisa lanjut ke surat² lain.

https://tokopedia.link/CraNIW1X0tb

Leave a Reply