Original thread by Neo Historia Indonesia (@neohistoria_id)









Ave Neohistorian!
Dahulu kala, orang Tionghoa tak memiliki marga. Akibatnya banyak orang Tionghoa yang “kecelakaan” menikah dengan kerabat dekat sendiri.
3000 tahun yang lalu, keluarga bangsawan di Tiongkok mulai membentuk marga mereka sendiri untuk menghindari pernikahan antar kerabat dekat dan memperkuat identitas mereka. Pada waktu itu, rakyat jelata belum boleh memiliki marga.
Marga memakai karakter 姓 (Mandarin: Xing, Hakka: Xiang, Minnan: Se, Kanton: Sing3) yang terdiri dari radikal karakter 女 (yang artinya, perempuan) dan 生 (yang artinya, melahirkan).
Dengan kata lain, pada zaman dahulu, marga diteruskan oleh pihak wanita atau secara matrilineal. Namun lama-kelamaan, masyarakat Tionghoa menjadi lebih patrilineal sehingga marga diteruskan oleh pihak lelaki.
Selain itu, ada istilah Shi (氏), yakni sebuah marga cabang. Misalnya marga Zi (子) memiliki Shi/marga cabang seperti Yin (殷), Song (宋), Kong (空), Tong (同), dan lain sebagainya.
Memasuki zaman Dinasti Qin, tradisi feodal dihapuskan. Tiongkok menjadi negara kesatuan yang kuat sehingga semua harus memiliki standar, termasuk marga. Marga mulai dimiliki oleh rakyat jelata. Marga yang semua hanya merupakan marga cabang pun mulai dijadikan sebagai marga utama.
Ada berbagai hal yang dijadikan patokan untuk membentuk sebuah marga, mulai dari pemberian Kaisar, nama negara, nama kampung halaman, nama leluhur, pekerjaan, hingga gelar terhormat. Selama ribuan tahun sejarah Tiongkok, jumlah marga pun mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Dalam Sejarah tercatat ada 12.000 marga Tionghoa yang dipakai. Hingga saat ini, tercatat ada sekitar 2000 marga yang masih bertahan dan dipakai hingga saat ini.
Selain dipakai di Tiongkok, marga dengan karakter Tionghoa juga dipakai di Korea, Vietnam, dan keturunan Tionghoa di seluruh dunia seperti Indonesia (kebanyakan tidak resmi), Malaysia, Singapura, Amerika Serikat, Eropa, dan lain sebagainya.
Berikut adalah daftar 8 marga Tionghoa terbesar di dunia dengan beragam pengucapan dalam berbagai bahasa dan contoh tokoh yang memiliki marga tersebut.
Catatan: Romanisasi Mandarin marga-marga berikut menggunakan sistem Hanyu Pinyin. Untuk Min Nan, menggunakan standar POJ (Pe̍h-ōe-jī). Untuk Hakka, menggunakan standar PFS (Pha̍k-fa-sṳ). Untuk Kanton, menggunakan standar Jyutping.
Sementara untuk Korea, Jepang, dan Vietnam masing-masing menggunakan romanisasi standar yang berlaku di negara masing-masing.
#KenalTionghoa adalah rubrik spesial Neo Historia untuk memberikan pengetahuan menarik seputar orang Tionghoa di Indonesia, bahkan dunia.
Referensi:
Du Ruofu (杜若甫) (June 1986). “Surnames in China / 中国的姓氏”. Journal of Chinese Linguistics.
Chao, Sheau-yueh J. 尋根溯源中國人的姓氏: Genealogical Research on Chinese Surnames.
Kementerian Keamanan Publik Republik Rakyat Tiongkok (30 Januari 2019)