Original thread by Ulil Abshar-Abdalla #Stop Istilah Kadrun/Cebong (@ulil)
Gus Dur dan Bahasa Jawa
1/ Saya mau “curhat” sedikit soal Gus Dur dan bahasa Jawa. Hal yg agak mencemaskan hari2 ini adalah banyaknya keluarga Jawa yg mulai meninggalkan bahasa Jawa dlm komunikasi keluarga. Bahasa Indonesia mengambil alih kedudukan bahasa Jawa di ruang privat.
2/ Tetapi hal ini tidak terjadi di keluarga Gus Dur. Puteri2 Gus Dur (Mbak Alissa, Mbak Yeni, Mbak Anita, Mbak Nay), semuanya bisa berbahasa Jawa dg baik, terutama bhs Jawa Jombangan yg menggunakan dialek Suroboyoan.
Saya kagum pada keluarga Gus Dur dlm soal bhs Jawa ini.
3/ Dalam obrolan pagi ini dg Abah alis Gus Mus, ada info menarik. Menurut beliau, Bu Sinta Nuriyah-lah yg berperan dlm mempertahankan bahasa Jawa dlm keluarga ini. Tetapi, saya kira, Gus Due jg punya peran. Saya sering menyaksikan Gus Dur berbahasa Jawa dlm percakapan personal.
4/ Yang mengagumkan, di keluarga Gus Dur ini adalah sbb: walau bahasa Inggris tidak dipakai sbg bahasa komunikasi sehari2 (komunikasi sehari2 pakai bhs Jawa), tetapi semua puteri Gus Dur fasih sekali berbahasa Inggris. Bacaan mereka sejak kecil berbahasa Inggris.
5/ Keluarga Gus Dur mungkin bisa menjadi contoh baik: mereka tumbuh dalam tiga bahasa yg dikuasai dg baik; Jawa, Indonesia, dan Inggris. Semua puteri Gus Dur bisa berbahasa Indonesia dg baik.
7/ Ini berbeda dg sebagian generasi baru sekarang: bahasa Inggris mereka kuasai dg baik, tetapi ada harga yg harus dibayr dg mahal; mereka akhirnya kehilangan “eloquence” dan kefasihan dlm bahasa Indonesia, apalagi bahasa daerah.
Dilema bagi generasi baru.
8/ Jujur saja, saya sendiri gagal merawat bahasa Jawa untuk anak2 saya sendiri. Anak pertama masih paham bhs Jawa, tapi pasif. Anak kedua sudah kehilangan sama sekali “kontak” dg bahasa Jawa. Dlm keluarga saya, bahasa Indonesia lebih dominan, selain bahasa Inggris.
9/ Saya melihat, keadaan seperti ini terjadi di hampir mayoritas keluarga Jawa, terutama yg telah tinggal di kota. Bahasa Jawa hilang, digantikan bahasa Indonesia. Hilangnya bahasa daerah di dalam keluarga “baru” Indonesia ini jelas patut disayangkan.
Saya pun ikut bersalah.
10/ Tantangan ke depan: bagaimana merawat bahasa lokal ini di keluarga. Bagaimanapun bahasa lokal adalah salah satu kekayaan budaya yg amat berharga.
Sekian.