Original thread by ✨ Widas ✨ (@WidasSatyo)
DONGENG SEBELUM TIDUR
“The Ship’s Guardian”
Dibalik kepadatan lalu lintas kapal-kapal logistic di laut, ternyata ada beberapa kisah memilukan yg dialami para kru kapalnya.
Kisah tersebut datang dari mereka yg ditunjuk sebagai The Ship’s Guardian.
Let’s spill the tea. ?

Dalam kondisi normal, menjadi kru kapal kargo/tanker mungkin memberikan banyak cerita menyenangkan yg bisa dibagikan ke keluarga, teman, dan kerabat.
Gimana serunya berhadapan sama ombak ganas, mampir ke banyak negara, hingga dapet penghasilan yg cukup besar.

Serunya petualangan para kru kapal berubah jadi malapetaka saat kapal yg mereka bawa terlibat dalam suatu legal dispute atau konflik hukum dgn pemerintah wilayah setempat.
Kapalnya ditahan dan mereka gak bisa melanjutkan perjalanan. Mereka jg tidak boleh meninggalkan kapal.

Dalam tulisan kali ini, aku mau share beberapa cerita mereka yg terpaksa harus jadi The Ship’s Guardian dan terjebak di kapal tersebut dalam periode waktu yg cukup lama.
Thanks and all credits goes to BBC, The Guardian, and CNN, for their incredible reports.

Kisah pertama datang dari Mohammad Aisha, kru kapal dari Syria.
Dia terpaksa jadi guardian kapal dan tidak bisa meninggalkan kapal tersebut selama 4 TAHUN sejak tahun 2017.
2 tahun diantaranya dia jalani SENDIRIAN sebab kru kapal yg lain boleh pulang duluan pada tahun 2019.

Aisha terjebak di kapal MV Aman, yang ditahan oleh pemerintah Mesir di dekat pelabuhan sekitar Terusan Suez pada tahun 2017.
Menurut BBC News, kapal tersebut ditahan karna sertifikasi tentang alat keamanan dan dokumen lain yg ternyata udah kadaluarsa.
Pelanggaran deh. ?

Pada tahun 2019, dua tahun berselang, kru member yg terjebak bersama Aisha dibolehkan pulang.
Hanya Aisha aja yg diminta tetep gak boleh meninggalkan kapal sampai urusan dengan pemerintah Mesir bener-bener kelar.
Dan sedihnya, keputusan itu diambil tanpa sepengetahuannya.

Sehingga selama tahun 2019-2021, Aisha menghabiskan DUA TAHUN waktunya di kapal tersebut SENDIRIAN.
Bahkan untuk sekadar ngecharge handphone dan beli kebutuhan makan aja dia harus renang dulu ke tepi pantai. Abis gitu balik renang lagi ke kapalnya.

Menghabiskan waktu sendirian selama dua tahun menyebabkan psikologis dan mentalnya hancur berantakan.
Aisha bilang momen terburuknya adalah saat dia harus menghabiskan malam dlm kondisi gelap gulita. It drives him crazy.
Bayangkan harus hidup dlm kondisi gitu selama 2 tahun.

“If you, let’s say, tripped and fell, if you had some incident, no one would know. You will die all alone, and maybe it will take them months to realize that you’re dead or injured there. It’s loneliness combined with desperation … It will make you suicidal.”
Dikutip BBC News.

Berkat peran masif dari International Transport Workers Federation (ITF), yg tanpa lelah mencoba melakukan negoisasi nyari jalan keluar dengan pemerintah Mesir, akhirnya setelah EMPAT tahun, Mohammad Aisha bisa pulang lagi bertemu dengan keluarganya.

Kisah serupa dialami beberapa kru kapal tanker MT IBA di Unit Emirat Arab yg mengalami kesulitan finansial pada tahun 2017.
Imbasnya, nasib kru kapal menjadi tidak jelas dan mereka tertahan di kapal selama hampir EMPAT tahun TANPA menginjak daratan sedikitpun.

Nay Win (yg berkacamata), bekerja sbg Chief Engineer di kapal tanker tersebut pd taun 2017.
Gak lama setelah dia join kapal itu, owner kapal, Alco Shipping Services, meminta kru kapal untuk melempar jangkar dan nunggu kejelasan masalah finansial yg menghantam perusahaan mereka.

Penantian panjang itu ternyata zonk.
Pada awal tahun 2018, Alco Shipping Services malah kena blacklist pemerintah India karna mengabaikan kapal mereka yg bermasalah.
Pada akhir taun 2018, Alco “memutus” kontak dengan kapal tanker MT IBA dan membuat kru kapal terlantar semua.

Kru kapal MT IBA terombang-ambing dalam ketidakjelasan selama hampir 4 tahun. Kru kapal kesulitan memberi nafkah keluarganya.
Bahkan pada Januari 2021 lalu, jangkar mereka patah dan kapal mereka terdampar dekat bibir pantai. Itu sempat jd tontonan turis yg datang kesana.

Selama dalam masa “tahanan” kapal, semua kru beneran gak ada uang buat bertahan hidup.
Gaji mereka gak bisa dibayarkan Alco Shipping Services. Mereka bergantung dari donasi public yang digalang oleh organisasi nirlaba yg disebut The Mission To Seafarers.

Kru kapal hidup berbulan-bulan dengan pakaian yang sama, nyuci baju di laut, berharap dapet makan dari donasi public.
The Mission of The Seafarers mengupayakan sekuat tenaga agar konflik yg “menyandera” kru kapal bisa menemui titik terang dan kesepakatan dgn pemerintah UAE.

Setelah mendapat kejelasan tentang konflik kapalnya, akhirnya kru MT Iba diizinkan untuk meninggalkan kapal.
Para kru diberitakan sempat merasa emosional saat menginjakkan kaki di daratan. It’s been a hard and grim for almost 4 years on the ship. They deserve to be happy. ?

Dibalik kemudahan arus export-import komoditas yg melintas di berbagai negara, ada pelaut yg keluarganya menunggu di rumah.
Ada pelaut yg harus siap menghadapi segala resiko tak terduga.
Semoga Allah selalu melindungi mereka.
Panjang umur perjuangan. ?
Selamat malam.
