Cerita Horor Nyata: Pendakian Gunung Sumbing

  • Post author:
  • Post category:Cerita Horor
  • Reading time:15 mins read
Original thread by miftah (@Miptul)

Pendakian Gunung Sumbing

Cerita horor berdasarkan kenyataan. Perjalanan pendakian Gunung Sumbing memberikan pengalaman yang menegangkan.

A thread~

 

Cerita Horor Nyata: Pendakian Gunung Sumbing

ceritanya aku up nanti malem abis maghrib, yang pasti ceritanya seru sih menurutku, rt aja dulu biar ga ketinggalan, jangan lupa follow xixixi


Hai, Assalamu’alaikum, balik lagi sama Miftah, ga bosen kan? Hehe. Kali ini aku bakalan cerita tentang pengalaman narasumber ku yang lagi-lagi gamau di spill akunnya wqwq, Selamat membaca.


Namaku Bagas, aku berasal dari Lampung, aku mahasiswa salah satu univ di Solo dan anggota ukm pecinta alam di kampus, pada tahun 2015 aku memasuki semester 5, dan saat itu aku lagi semangat-semangatnya naik gunung, bahkan bisa tiap minggu aku naik gunung


baru setelah itu aku berhenti selama sebulan, tetapi setiap weekend selalu ku isi dengan kegiatan mapala dll. di alam bebas
Aku tidak terlalu ingat bulan apa, tapi setelah 3 minggu naik gunung yang berbeda


aku memutuskan untuk naik gunung Sumbing di Wonosobo dari jalur basecamp Garung bersama 2 kawanku, Aji dan Nuril
Tujuanku naik gunung tiap minggu saat itu karena setelah lebaran aku ingin naik gunung Kerinci di Jambi bersama kawanku sesama pecinta alam di Lampung


jadi semacam latihan lah sebelum aku mendaki Kerinci, rencananya kami naik gunung Sumbing ini di 5 hari sebelum puasa ramadhan tahun 2015


Perjalanan kami di mulai dari rumah Aji di Banyumas, lewat Banjar Negara, dan sampai di basecamp Sumbing via Garung pada jam 10 malam
pada saat itu, belum ada satupun dari kami bertiga yang pernah naik gunung Sumbing, jadi ini adalah kali pertama kami mendaki gunung Sumbing


dan bodohnya karena ngejar waktu dari hari sabtu jam 10 malam kami nekat memulai perjalanan, perjalanan dari basecamp ke pos 1 kami tempuh dengan ojek, kemudian kami lanjutkan dengan jalan kaki
bermodalkan peta di basecamp yang kami foto


kami putuskan untuk camp di pos 4 Watu Kotak, singkat cerita pos 3 sudah kami lewati, tapi pos 4 belum tahu dimana dan saat itu kami sudah sangat lelah, sekitar jam 2 pagi setelah kami menemukan tampat yang cukup landai, kami memutuskan untuk membangun tenda


karena kami sudah sangat lelah dan pos 4 juga belum terlihat, tempat kami camp bernama pasar watu, tempatnya datar namun hanya seperti punggungan bukit dan hanya muat 1 tenda dan sedikit jalan, yang harusnya bukan jadi tempat camp dan maaf mengganggu jalan pendaki lain


temanku Aji dan Nuril adalah orang yang taat agamanya, bahkan saat mendaki mereka juga selalu sempatkan untuk sholat, tidak seperti aku yang sering keceplosan berkata kasar, walau selalu minta maaf juga kalau pas keceplosan di gunung


pagi pun tiba, aku bertugas memasak nasi, Nuril dan Aji yang menyiapkan sayur dan minuman hangat, kemudian ku lihat temanku Aji berjalan sedikit pincang, aku bertanya padanya

“sikilmu ngopo ji?” (kakimu kenapa Ji?)


Aji pun menjawab,

“mbuh iki, mau subuh aku nguyuh, terus kepleset, sikilku ketatap watu, tapi kok aneh ya, sing ketatap kiwo kok sing loro tengen”


(gak tau ini, tadi pagi aku kencing terus kepeleset, kakiku/dengkulku terbentur batu, tapi kok aneh ya yang kena batu dengkul kiri tapi yang sakit yang kanan)

tanpa berpikir panjang, kami pun makan untuk mengisi tenaga menuju puncak


perjalanan menuju puncak biasa saja, bahkan si Aji tidak mengeluhkan kakinya sama sekali, setelah melewati pos 4 Watu Kotak yang ternyata lokasinya lumayan dekat dengan tempat kami nge-camp, singkat cerita kami sudah sampai puncak,


seperti biasa kegiatan kami berfoto ria, setelah cukup beristirahat, sekitar jam 2 siang kami turun dari puncak, dan disini keanehan mulai terjadi, kawanku si Aji mulai berkeringat parah seperti menahan sakit sampai mukanya pucat dan tidak bisa berjalan cepat-


untuk turun dari puncak
karena Aji mengalami cidera di kaki, jadi untuk mempersingkat waktu aku memutuskan untuk turun lebih dahulu ke camp kami sekalian masak dan beberes agar nanti saat mereka sampai, semua sudah siap.

Baca Juga  Cerita Horor: Kuntilanak 'Sum'

setelah menunggu cukup lama, sekitar jam 4 sore akhirnya mereka sampai, Aji langsung merebahkan dirinya di dalam tenda yang sudah kulepas frame-nya, tinggal di lipat saja, kemudian kami makan bersama, tapi anehnya kawanku si Aji ini mulai tidak bisa di ajak bercanda


dan lebih banyak diam, tidak seperti biasanya,
saat itu aku hanya berpikir, mungkin dia jadi lebih banyak diam karena kelelahan apalagi kakinya sedang sakit.

Oh iya aku lupa bilang, kalau sebelum kami memulai pendakian, aku selalu brifing kawan-kawan agar nanti saat mendaki


hal janggal apapun yang bakalan kami alami, lihat atau dengar, simpan dulu di hati dan baru cerita saat sudah selesai kembali ke basecamp


lanjut, setelah selesai makan, kami packing barang bawaan dan segera turun ke pos 3 yang terlihat dari pos pasar watu, tampak tidak begitu jauh, mulai turun dari pasar watu, Aji sudah tidak mau di ajak ngobrol, bahkan hanya menjawab dengan mengangguk atau menggeleng saja


muka Aji juga pucat sampai ke bibir, seolah kami sedang bersama orang lain, padahal Aji adalah anak yang ceria dan suka bercanda denganku.
Saking lamanya berjalan, kami sampai di pos 3 saat matahari mulai tenggelam, setelah istirahat sejenak


matahari pun hilang dan kami mulai menyalakan senter masing-masing untuk penerangan sambil terus berjalan dengan formasi Nuril berada di depan, Aji di tengah dan aku di belakang


untuk memecah keheningan, aku menyalakan music lewat mp3 di ponselku, setiap kami beristirahat kami harus menunggu 3-5 lagu selesai baru Aji mau di ajak jalan lagi, itupun dia selalu berusaha tidur, sampai sesekali harus ku tampar pipinya agar kesadarannya tetap terjaga


kami turun hari minggu, tapi tidak ada satupun pendaki yang naik atau turun yang kami temui selama perjalanan turun ke pos 3, justru anehnya ada puluhan kunang-kunang yang mengikuti kami di sepanjang jalan dan bahkan saat berhenti


doaku saat itu hanya 3
1.Jangan sampai pindah alam
2.Jangan sampai si Aji kerasukan lalu lompat ke jurang
3.Semoga kami bertiga selamat sampai tujuan


sebelum sampai di pos 2, ada sebuah pohon mati yang besar di kanan jalan, Aji dan Nuril berhenti mendadak seolah kaget melihat sesuatu, bahkan Nuril langsung berbalik badan menatapku dengan wajah sangat ketakutan, akupun sebenarnya sangat takut-


tapi aku harus jadi penenang mereka berdua, ku sorot seluruh sisi menggunakan senter sambil berkata
“ngopo to kowe wong ki? Ayo ndang mlaku wae wong ra ono opo-opo kok”

(ngapa sih kalian ini? ayo cepet jalan aja, orang ga ada apa apa kok)


dan kebetulan saat itu aku memang tak melihat apa-apa
singkat cerita sampailah kami di pos 1 pada jam 10 malam, di pos 1 kebetulan ada 2 orang tukang ojek, di situlah Aji baru mengucapkan sebuah kata setelah diam saja sepanjang jalan


“Uwes melaku wae rasah ngojek” (Udah jalan aja gak usah ngojek) ucap aji,

dan seolah terhipnotis aku malah mengiyakan tawaran aji, bodoh memang.


Nuril yang sudah tidak tahan harus berjalan pelan pun memutuskan untuk jalan duluan, aku berpesan untuk jangan terlalu jauh dan harus tetap kelihatan oleh kami berdua, sedangkan aku dan Aji duduk di kayu mati pinggir jalan, lalu satu ojek pun turun tanpa basa-basi, hanya lewat


Kemudian ojek berikutnya berjalan pelan sambil wajahnya menatap kami dengan tatapan yang serius, lalu ojek itu berhenti disamping kami dan langsung berkata dalam bahasa Jawa yang artinya
“Mas ayo bareng saya”

Kemudian ku jawab, “maaf pak kami gak ada uang buat ngojek”


Lalu tukang ojek itu membalas, “udah, gak usah bayar, saya ini kasian sama kalian”

Baca Juga  Hal yang Harus Dilakukan agar Tidak Diganggu/Dicintai Jin

di saat itu pun aku langsung paham apa yang dimaksud si tukang ojek


Oke masalahnya adalah 1 motor tukang ojek, sedangkan kami bertiga dengan membawa tas besar-besar, bagaimana mungkin bisa muat dengan 1 motor?


Tapi si tukang ojek bersikeras sampai berkata,

“udah mas dicoba dulu pasti bisa kok”

Lalu kujawab, “gak muat pak, saya jalan aja, yang penting kawan saya berdua ini bapak antar sampai ke basecamp”


Tapi si tukang ojek masih ngotot, akhirnya karena males berdebat aku panggil Nuril dan bilang,

“Nuril tasmu enteng kan? Sini aku bawa, kamu bawa tasku dan naik ojek sama Aji”

Kemudian Nuril pun meng-iyakan


Kemudain aku berbalik ke tukang ojek dan berkata, “pak saya minta tolong, yang penting teman saya berdua ini bapak antar sampai basecamp, saya jalan kaki saja gapapa”


sambil aku mulai berjalan turun, kemudian tukang ojek pun menaruh tas mereka berdua di tengah motor dan membonceng kedua temanku dengan posisi Aji di tengah dan Nuril di belakang


Setelah itu, tukang ojek mulai jalan dan memepetku yang sedang berjalan kaki sambil berkata, “mas deket sini dulu, saya omongin”

Dengan deg-degan sekaligus penasaran aku menjawab, “ada apa ya pak?”


Kemudian si tukang ojek itu membaca mantra menggunakan bahasa jawa tepat di depan wajahku, aku hanya terbengong, diam, takut, bingung, lelah, semuanya campur aduk, lalu tukang ojek itu mengusapkan tangannya ke wajahku sampai turun ke dadaku-


dan itu membuatku semakin gak bisa berkata apa-apa.

Lalu si bapak tukang ojek berkata, “yaudah mas jangan khawatir, kawannya akan saya antar sampai ke basecamp, pokoknya mas jalan terus aja, cuma saya minta satu hal”

dengan penasaran aku menjawab “apa pak?”


si tukang ojek melanjutkan, “mas jalan terus aja, pokoknya apapun yang terjadi jangan menengok ke belakang”

Kemudian tukang ojek itupun langsung melajukan motornya menuruni pos 1 meninggalkanku dalam kabut tebal sendirian, kebingungan dan ketakutan.


Kayaknya baru kali itu aku merasa ketakutan yang sangat luar biasa hebat.

Setelah mereka menghilang tertutup kabut, aku memutuskan untuk jalan terus, ku kecilkan senter swatku sampai lingkaran terkecil agar hanya fokus ke sorotan lampu senterku.


Saat itu tidak ada angin, hanya kabut tebal dan sesekali lampu desa dibawah kaki gunung bisa terlihat samar-samar, yang kujadikan semangatku untuk segera sampai di basecamp.


Sialnya, baru berjalan beberapa menit, rambutku yang dulu sebahu seperti ada yang membelai dari belakang, bahkan aku bercerita seperti ini saja membuatku merinding


Kejadian rambutku dibelai entah oleh siapa ini bukan cuma terjadi sekali, tapi berkali-kali, bahkan puluhan kali, seolah dia bilang,


“nengok ke belakang sini dong ganteng”

bulu kudukku merinding, pikiranku kemana-mana, tubuhku kaku, mulutku bisu, yang terus gerak hanya kakiku tanpa sempat berhenti sekalipun.


Banyak hal yang kubayangkan, wujud seram seperti apa yang akan kulihat jika aku berani menengok ke belakang, saking penasarannya mataku sampai ku lirikkan ke pojok kiri dan kanan, tapi tanpa menggeser kepalaku sedikitpun.


Di kepalaku berpikir, kalo aku ngambil resiko melanggar larangan tukang ojek tadi, bisa saja di posisi ini aku tidak akan selamat, dan sudah jelas kawanku aman sampai basecamp


Kupercepat ceritanya, singkatnya aku sudah sampai gerbang basecamp, banyak sekali pendaki disana, kulihat satu persatu dari mulai tas dan wajah tiap orang, tapi kedua kawanku tak kunjung terlihat


Aku berpikir, mungkin saja mereka berada di dalam basecamp, kemudian aku berdiri di pintu basecamp sambil melihat tiap orang, tapi kawanku tidak juga terlihat, keluar lagi aku mencari tongkrongan tukang ojek di depan basecamp, gak ada juga!!!


disitu aku mulai panik, aku berpikir, jangan-jangan cuma aku yang selamat, jangan-jangan tadi tukang ojek jadi-jadian, dan segala kemungkinan yang ada dalam kepalaku campur aduk


akhirnya aku mencoba menenangkan diri, ku taruh tas ku di tiang basecamp, ku lepas sepatuku, kupakai sendal dan berjalan ke WC basecamp, tak lupa aku cek lagi apakah temanku ada di WC, dan hasilnya nihil, tidak ada temanku disana

Baca Juga  Cerita Horor: Jalur Lintas Sumatera, Losmen Berhantu

setelah aku cuci tangan dan kaki, aku kembali ke dalam basecamp dan duduk bersandar di tasku sambil bengong


saat aku bengong di basecamp karena gak tau apa yang terjadi, tiba-tiba dua kawanku si Nuril dan Aji masuk ke basecamp dengan reaksi mereka yang kaget melihatku sudah berada di basecamp, akupun kaget karena bagaimana mungkin aku bisa sampai duluan di basecamp


padahal mereka berdua naik motor sedangkan aku hanya jalan kaki, oh iya perjalanku dari pos 1 ke basecamp itu setengah jam, tepatnya jam 10 malam aku sudah sampai di basecamp


Aji yang wajahnya sekarang terlihat lebih segar dan sudah tidak terlihat sepeti mayat hidup lagi bertanya padaku, “kok kamu udah disini? padahal aku baru mau masuk basecamp ngambil motor buat jemput kamu”


Kemudian kujawab, “udah duduk dulu kalian berdua, harusnya aku yang nanya ke kalian, kok kalian baru sampe sini sih”

akhirnya kami duduk di basecamp sambil bercerita apa-apa yang telah terjadi selama perjalanan tadi


Pertanyaan pertamaku, “kalian darimana saja kok baru sampe?”


Kemudian mereka menjawab, “kami tadi di berhentiin di musholla sebelum ke basecamp terus ditanya sama bapak ojeknya, kalian muslim kan? kalo muslim kalian sholat isya dulu, nanti bapak bantu ngobatin katanya, setelah selesai sholat badanku udah seger lagi” Ucap Aji


Kemudian tukang ojek berkata, “gimana? Udah enakan badannya?”

“Sudah pak” jawab Aji, kemudian Aji bertanya, “boleh saya tau saya kenapa pak? Saya ngerasa badan saya kayak bukan milik saya”


Kemudian dijawab, “oh biasa mas, hal kayak gitu emang resiko pendakian, masnya cuma lagi apes aja, tapi gapapa saya udah pulangin penunggu gunung yang ngikutin masnya”


Kawanku Aji malah nanya lagi, “emang wujudnya gimana pak yang nempelin saya?”

Lalu dijawab, “wujudnya perempuan mas, tapi mukanya setengah kucing hutan”


Lalu Nuril mengatakan,

“tau gak mas, yang sebelum pos 2 tadi kami kaget sampe aku nengok ke mas itu ya karena kami ngelihat cewek di atas pohon itu mas, kayak senyum-senyum dia, karena kayaknya mas gak ngelihat jadi aku diem aja sesuai perjanjian kita sebelum pendakian”


“Anjiiiiiinggggg, kalo aku ngelihat ga mungkin aku berani mau jalan sendirian dari pos 1 ke basecamp jam setengah 10 malam” ucapku dalam hati


Terus Aji menimpali dengan berkata, “Gas, makasih banget ya kamu udah nampar-namparin aku setiap aku mau tidur saat kita istirahat, tapi itu aku kayak berusaha banget buat jaga kesadaran tapi susah, untung kamu tampar-tamparin”


dengan bercanda aku menjawab, “baru kali ini ya, orang ditampar malah bilang makasih, hahahahah”

lalu dengan wajahnya yang serius Aji menjawab, “tapi sumpah Gas, tiap aku ga sengaja ketiduran sebentar, mimpiku selalu sama”

“hah, mimpi gimana Ji?” sautku.


“aku selalu mimpi kayak dijalan setapak yang gelap, aku cuma jalan aja ngikutin kakek pake pakaian adat jawa dgn lampu minyak tanahnya, dan sesekali aku mimpi nonton wayang tapi ga ada yg mainin alat-alatnya tapi ada bunyi bunyi dan wayangnya bergerak sendiri” ucap Aji


sambil nahan air mata aku berkata pada Aji

“Alhamdulillah cok, untung banget kamu ga bablas, soalnya aku inget kata kakekku kalo temen kayak ketempelan gitu harus dijaga terus biar dia tetap sadar”


akhirnya kami cerita panjang lebar tentang pengalaman horor yang kami alami, dan hari senin paginya kami berangkat pulang ke Solo.


oke fren, udah selesai ceritanya, semoga terhibur ya, mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan, jangan lupa follow untuk update kisah horor selanjutnya?
Wassalamu’alaikum.

ini kalau mau baca thread yang lain, bisa cek disini aja yak, see u

 

Leave a Reply