Cerita Horor: Lemah Layat – Part 2

  • Post author:
  • Post category:Cerita Horor
  • Reading time:22 mins read
Original thread by @SimpleM81378523

Ruslan menatap Ranggon, ia hanya merintih kesakitan, Ruslan sendiri tidak yakin apa manusia di depannya masih hidup dan bila memang hidup, bagaimana rasanya menjadi seonggok daging yg harus terus memuntahkan darah dari seluruh lubang di tubuhnya mulut, telinga, hidung, dubur


tiba-tiba, terdengar suara Lastri berteriak, Ruslan terkejut, lantas ia bersiap menuju tempat itu, saat, tangannya di cengkram oleh Ranggon, Ruslan merinding, bola matanya seperti mau keluar, ia mau mengatakan sesuatu tapi Ruslan tidak paham Lastri terus menerus berteriak,


karena penasaran, Ruslan melepaskan cengkraman Ranggon, ia berlari menuju suara Lastri, saat, ia melihat seseorang tengah berdiri Ruslan langsung bersembunyi, ia mengintip dari balik tembok kayu, sosok wanita mengenakan kebaya dengan rambut di sanggul, ia berdiri di depan Lastri


“wes tau tak kandani nduk, dadi Gundik’colo iku abot!!” (kan sudah pernah ku kasih tahu, jadi Gundik’colo itu berat!!) Ruslan meringkuk, suara wanita itu, dingin sekali, ia mengucapkan kalimat itu dan Ruslan langsung bisa merasakannya, dia bukan orang sembarangan. Ruslan gemetar


tak beberapa lama, pintu terbuka, mbah Por masuk, ia membungkuk kepada wanita itu, seperti memberi hormat “cah lanang kui, wes siap di beleh” (anak lelaki itu siap di sembelih) Lastri masih bersimpuh di depan wanita itu, ia menunduk, saat wanita itu melewatinya, “di sembelih”


wanita itu sudah keluar, mbah Por membantu Lastri, ia menggendongnya, saat itu, mbah Por dan Ruslan bertemu mata, mbah Por seakan memberi tanda pada Ruslan untuk tidak ikut campur, namun, maksud di sembelih itu apa, Ruslan tidak mengerti.


mbah Por pun keluar bersama Lastri, pelan-pelan, Ruslan mendekat menuju pintu, ia harus tahu apa yang terjadi dari celah jendela, Ruslan mengintip, ia melihat wanita itu masih dari belakang, ia tengah berdiri di tanah lapang, di depannya, Agus di ikat, ia duduk, tampak pasrah


mbah Por menurunkan Lastri, sementara, ada lubang besar di depan Agus, Lastri merangkak mendekati wanita itu, ia menciumi tangannya, sedangkan mbah Por meletakkan dedaunan pisang di samping lubang, sebelum memberikan parang pada wanita itu,


wanita itu mendekati Agus, ia seperti memeriksa kepala Agus, Ruslan hanya bisa melihatnya dari jauh Lastri hanya diam, ia sudah tidak bisa berdiri lagi, sementara mbah Por berjalan menuju rumah tempat Ruslan berada,


mbah Por masuk, Ruslan langsung menemuinya “onok opo iki mbah, lapo atek beleh-belehan” (ada apa ini mbah kenapa pakai acara sembelih) mbah Por tampak geram, Ruslan baru sadar, bibir mbah Por mengeluarkan darah, “Koncomu iku menungso paling goblok!! asu!!” Ruslan bingung.


mbah Por melewati Ruslan, ia berjalan menuju Ranggon, Ruslan yg masih bingung mengejar mbah Por, “opo maksude mbah?” (apa maksudnya mbah) mbah Por membuka mulutnya, Ruslan tidak percaya dengan apa yg dia lihat “kok isok koyok ngunu mbah?” (kok bisa sampai kaya begitu mbah?)


“nek gak onok Lastri, wes pedot iki ilatku, tak belani protol untuku, tapi wong iku jek kepingin ae ndelok menungso gak nduwe ilat” (kalau gak ada Lastri, sudah sobek ini lidahku, aku belain sampai gigiku ompong, tapi manusia itu masih saja pengen lihat orang gak punya lidah)


mbah Por melangkah masuk kamar, ia melihat Ranggon sebelum menggendongnya Ruslan masih tidak mengerti apa yg akan mbah Por lakukan, “awakmu nang kene ae, bengi iki, bakal akeh getih nang lemah” (kamu disini saja, malam ini akan banyak darah bercucuran) mbah Por melangkah keluar


Ruslan kembali mengintip ke jendela Ranggon itu diletakkan tepat di atas daun pisang di samping lubang itu, wanita misterius itu lantas melepaskan cengkramannya dari kepala Agus, ia mendekati Ranggon mbah Por hanya berdiri melihat, sementara Lastri, ia membuang muka


sayup-sayup terdengar wanita itu bicara, “wes ngerti koen, Ranggon iki gak bakalan mati nek aku gak ngijino, koyok awakmu nduk” (sekarang kamu ngerti, Ranggon ini gak akan pernah bisa mati sebelum aku ijinkan, seperti kamu nak) Parang seketika mengiris leher Ranggon,


Ruslan membuang muka, saat Ranggon itu di biarkan mengelepar dengan leher mengangah, jantung Ruslan berdegup kencang, ia masih mengawasi, sebelum, Ranggon itu berdiri Ranggon itu berdiri mendekati Lastri dengan kepala tergedek, lehernya hampir saja putus, namun, masih hidup

Baca Juga  Cerita Horor: Desa Dolanan

hening Ruslan masih mengamati, sampai, sosok wanita misterius itu mengangkat kepalanya melihat tepat di tempat Ruslan mengawasi sembari menghunus parang, mbah Por ikut melihat Ruslan, ia meminta Ruslan turun, Ruslan sendiri, terkesiap, apa yg ingin wanita itu lakukan


Ruslan membuka pintu, lalu berjalan pelan mendekati wanita itu, matanya seakan menghipnotis, entah berapa kali Ruslan menelan ludahnya, mbah Por tidak melakukan apapun, membiarkan Ruslan melewatinya, termasuk Ranggon yg kini ada di pelukan Lastri, Agus melotot ngeri


saat Ruslan sudah ada di depan wanita itu, jantung Ruslan berdegup kencang, ngeri, gila, Ruslan tidak bisa menggambarkan ketakutan yg ia rasakan, terutama saat mendengar suara dinginnya “ndangak” (angkat lehermu) kata wanita itu, Ruslan menurut, wanita itu memeriksa leher Ruslan


“arek iku gak salah, Du” kata mbah Por, wajahnya pucat wanita itu terus melihat leher Ruslan, menyentuhnya dengan jari jemarinya yg berlumuran dengan darah, dingin, tubuh Ruslan mengejang, tetesan darah yg menyentuh kulitnya, terasa dingin sekali..


setelah memeriksa, wanita itu menatap mbah Por “ambu lengkuas” katanya, wanita itu mendorong Ruslan, ia mendekati Lastri dan Ranggon, mbah Por segera menenangkan Ruslan, “tenang ae, iku gok seng nduwe lemah iki” (tenang saja, dia bukan yg punya tanah ini) “dia hanya Gundik’colo”


Ruslan tersentak mendengarnya “Gundik’colo maneh” (Gundik’colo lagi) Ruslan mendekati Agus, ia seperti orang ling-lung, bahkan melihat Ruslan pun, Agus enggan “ilingo Las, kejadian opo sing tau onok nang kene” (ingat dulu Las, kejadian apa yg pernah terjadi di tanah ini)


wanita asing itu, mengelus rambut Lastri, sementara Ranggon itu hanya diam, “aku jek iling mbak yu” (aku masih ingat mbak) kata Lastri, ia menatap mbah Por, seakan kejadian itu baru kemarin, Lastri dan mbah Por sudah menyaksikan bagaimana tanah ini pernah menjadi mimpi terburuk


“dia bukan ibu kandungmu, tapi, kamu sampai mau menjadi Gundik’colo, hanya agar bisa merawatnya, padahal, sudah berapa banyak orang di siksa oleh Ranggon yg kamu peluk ini” kata wanita itu, “ingat lagi kejadian itu, dan sekarang, ada yg tahu dia hidup, kontraknya selesai”


wanita itu kembali berbisik,”keluarga Anggodo!! sudah menginginkan kepalanya sejak dulu, dan sekarang aku kesini menagih kontrak yang sudah kamu sepakati, benarkan Por, kamu juga ada disana, mendengar Lastri bersumpah, setelah menjadi Gundik’colo itu!! BIARKAN DIA MATI sekarang!”


“sebagai orang yg menerima penderitaan menjadi Gundik’colo dan mengorbankan semuanya sepertimu, aku ikut bersimpati, bahkan sampai kau curi berapa banyak tali pocong untuk kau tanam di tanah ini agar tak satu orang pun mau mendekati tanah ini, tapi, pemuda itu, dia sudah tahu”


“Por” kata Lastri, “koen wes tak anggap dulurku, awakmu gelem mateni bajingan iki!!” (kamu sudah saya anggap saudara sendiri, kamu mau ikut membunuh bajingan satu ini) wanita itu tersenyum, lantas menatap Pornomo, mbah Por tampak pucat, ia menggelengkan kepalanya


“wes talah tri, aku gak isok mbantu awakmu, gelar Gundik’colo sing wes mok panggul iku ngunu abot di tambah tugas jogo Ranggon, ilingo, ilingo opo sing biyen di lakoni ambek Ranggon sing mok jogo iku!!” “wes pirang arek di sikso ambek menungso biadab iku!!”


“sudah lah tri, aku tidak bisa membantumu, gelar Gundikcolo yg kamu emban sudah sangat berat, di tambah tugas menjaga Ranggon, ingat, ingat apa yg dia pernah lakukan, Ranggon yg kamu jaga itu siapa!!” “berapa banyak anak di desa ini yg sudah dia siksa, manusia biadab!!”


wanita itu berdiri, ia menjilati darah di parangnya, sementara mbah Por memaksa Lastri melepaskan Ranggon yg lehernya sudah mengangah, “wes talah culno” (sudahlah, lepaskan dia) kata mbah Por, ditengah ketegangan itu, Ruslan lantas berdiri berteriak, “ASLINE ONOK OPO IKI!!”


(SEBENARNYA ADA APA INI!!) semua mata lantas memandang Ruslan tajam, Ruslan menelan ludah, sebelum kembali menunduk lalu diam “ceritakno Por, ben cah ambu lengkuas iku ngerti onok opo nang kene!” (ceritakan Por, biar anak bau lengkuas itu mengerti ada apa disini) kata si wanita


mbah Por mendekati Agus dan Ruslan, lalu menunjuk rumah Lastri “dulu, itu adalah rumah orang terpandang di desa ini” kata mbah Por, “beliau orang yg baik, bijaksana dan di hormati penduduk desa, namun sayang, umurnya tidak panjang, ia meninggalkan seorang isteri tanpa anak”

Baca Juga  Cerita Horor: Thread Diganggu Jin Poli Gigi

“namanya adalah Candramaya, setiap hari, Candramaya duduk di depan rumah ini, menyaksikan anak2 desa bermain di depan rumah, karena hanya rumah ini yg punya latar luas untuk bermain, termasuk, aku dan Lastri” kata mbah Por, “namun, sesuatu terjadi”


“setiap hari, satu persatu anak di desa ini tumbang, mereka sakit, namun bukan sembarang sakit, awalnya tidak ada yg curiga apa yg terjadi, sampai, guruku, mencium ada yg tidak beres, karena semua anak memiliki gejala yg sama, muntah darah!!” ucap mbah Por, Lastri hanya diam saja


“bayangkan, setiap malam, di setiap rumah, terdengar rintihan rasa sakit yang sama, semacam balak/bencana yg dibuat oleh seseorang, disanalah akhirnya guruku mengatakannya, anak-anak di desa ini, terkena kembang bayang” “kembang bayang”sahut Ruslan tidak percaya apa yg ia dengar


“setiap anak itu keluar dari bayang/tempat tidur, mereka akan langsung mati, tapi bila dikembalikan ke tempat tidurnya, anak itu hidup lagi, hal itu terjadi sampai 7 kali, bila tetap di paksa keluar dari tempat tidur, mereka mati untuk selamanya. warga desa mulai cemas”


“masalahnya, anak-anak itu selama di atas bayang, mereka seperti di siksa, kulitnya menjadi lembek, kuku jarinya mengelupas, mata mereka merah dan tidak bisa tidur, mereka terus merintih, saat itu, warga desa akhirnya mulai melakukan pertemuan, saat itulah, guruku mengatakannya”


“disana, guruku mengatakannya bahwa ini semua perbuatan dari Candramaya, untuk menghilangkan ini semua tidak akan mudah, karena semua ini berurusan dengan nyawa, namun, guruku berpesan, ia akan bertapa sebentar, mencari cara agar wanita itu tidak berbuat lebih jauh”


“warga sangat kesal, mereka sudah bersiap akan membakar Candramaya, namun, guruku melarangnya, yg mereka hadapi sudah bukan manusia lagi, untuk itu, Lastri di beri tugas untuk menjadi anak angkatnya, meredakan bencana yg sudah ia buat” mbah Por menatap Lastri, “namun..”


“Lastri tidak tahu dimana seharusnya dia berpihak!! GOBLOK!!” mbah Por tampak kesal “warga yg sudah tidak sanggup, akhirnya mendatangi rumah itu, mereka membawa pedang, celurit, parang sampai obor, saat itu, desa sangat mencekam!! sialnya, wanita itu sudah menunggu depan rumah”


“seperti orang sinting, Candramaya justru tertawa terbahak-bahak melihat warga desa!! ia berbicara bahwa bila ia tidak punya anak maka semua orang di desa ini tidak pantas juga punya anak!! tidak hanya itu, Candramaya mengatakan ia sudah kesal menjadi bahan pergunjingan warga!!”


“tanpa banyak bicara, warga menangkapnya, menggorok lehernya, bahkan setelah ia mati, kepalanya terus di pukul oleh tongkat oleh warga beramai-ramai, sebelum akhirnya ditinggalkan begitu saja di depan rumahnya” mbah Por kembali menatap Lastri, “aku masih bisa mencium aroma darah”


mbah Por kemudian sedikit tertawa, ia menatap Ruslan dan Agus, “Lucunya!! keesokan pagi, warga melihat Candramaya dan Lastri berjalan-jalan, belanja di pasar, mengambil semua yg dia inginkan tanpa membayar sepersenpun, sementara warga menatap kebingungan, ketakutan menyebar”


“maghrib, Warga berkumpul lagi, lantas kemudian bergegas ke rumah Candramaya, kali ini, ia di seret sementara badannya di ikat di atas jerami, ia di bakar hidup-hidup, teriakan melengking Candramaya terdengar hingga membuat merinding, setelah itu, badannya yg melepuh dikubur”


“subuh buta, pak RT mendengar seseorang mengetuk pintu, ketika ia membukanya, Candramaya datang, menyeringai, lalu masuk ke kamar anaknya, ia menyeret anak pak RT, membiarkannya mati di depan pak RT dan bu RT yg tampak shock, warga tidak berani lagi mendekati rumah itu”


“setiap hari, warga memohon pada Lastri saat ia datang menagih beras pada setiap rumah untuk Candramaya agar mencabut kutukannya, namun, Lastri tidak bisa berjanji, ia takut ibu angkatnya akan melakukan hal buruk kepadanya, hanya Lastri dan aku yg gak kena kutukan itu!!”


mbah Por kemudian melihat wanita itu,”lalu dia datang bersama majikannya Anggodo!! malam itu juga, dia meminta semua warga menutup pintu dan menyajikan bubur di depan rumah, Anggodo dan wanita itu menuju rumah Candramaya atas permintaan guruku yg sudah tewas di habisi lebih dulu”


mbah Por menunduk, “aku ikut mendampingi, dan itulah pertama kali aku mendengar Candramaya rupanya seorang gundik’colo, sama seperti wanita itu, dan alasan kenapa Anggodo akhirnya mau membantu, karena Lastri, ia juga sudah menjadi Gudik’colo karena guruku yg membantunya”

Baca Juga  Diculik Dan Diperkosa Selama 18 Tahun Hingga Punya Anak

“kalian sudah tahu kan apa itu Gundik’colo? apa masih perlu ku jelaskan?” tanya mbah Por menatap Agus dan Ruslan. Ruslan mengangguk, ia tahu apa itu Gundik’colo, namun, proses untuk menjadi Gundik’colo, hanya kabar angin yg ia tahu dan belum tentu itu benar..


“untuk menjadi Gundik’colo, itu tidak mudah, ia harus melepas rasa manusiawinya, sangat berat!! karena sebenarnya, mereka harus menikah dengan kerbau cacat sebelum memakan mentah-mentah kelamin kerbau itu, hal itu, membuatnya sakti sampai nyawanya tidak di terima bumi”


“selama proses ia mengunyah daging terkutuk itu, ia harus terus merapal mantra, memandikan dirinya dengan darah orang mati!! bayangkan, segila apa untuk menjadi Gundik’colo seperti mereka ini?!” mbah Por menunjuk Lastri dan wanita itu, Ruslan dan Agus pucat,


“mereka yg bisa melihat atau merasakan, pasti langsung tahu bahwa Gundik’colo tidak lebih seperti manusia yg sudah mati!! hanya aroma busuk yg bisa ia cium, bahkan, dukun pun akan lari terkencing-kencing bila berurusan dengan Gundik’colo,!!” mbah Por berdiri, menyentuh tanah itu


“Tanah layat!!” kata mbah Por, “tanah ini sudah menghisap darah Candramaya hingga saat ini, akibatnya, tanah ini begitu busuk!! karena di malam itu, Anggodo mengkuliti Candramaya, bersiap memenggal kepalanya namun, Lastri melarangnya!!” “anak GOBLOK!!”


“aku punya alasan Por kenapa aku tidak membiarkan Anggodo mendapatkan ibuk!!” Lastri berdiri, “Anggodo menginginkannya untuk penangkal ROGOT NYOWO!!” wanita itu menatap tajam Lastri, “setiap malam, aku mendengar ibuk bilang, akan ada yg datang, dan dia adalah Anggodo!!”


“ibuk terlalu istimewa Por untuk didapatkan oleh manusia setamak Anggodo!!” “Lastri” kata wanita itu, “dia majikanmu sekarang!! setelah kamu setuju mengikuti kontrak, dia majikanmu!!” “untuk apa!! sebentar lagi, aku juga habis kok!!” kata Lastri pasrah, “Ibuk cuma ingin mati!!


“tanpa harus memberikan kepalanya kepada Anggodo!!” Lastri terjatuh, kakinya tidak kuat menahan badannya. mbah Por, menarik Ranggon, Lastri mencoba menahan namun ia tidak bisa melawan 2 orang, Ruslan kebingungan melihat kejadian itu,


pembusukan di kaki Lastri semakin buruk, persis seperti di kuliti hidup-hidup seperti Candramaya dulu. Anggodo pasti yg melakukannya. Ruslan mendekati Lastri berniat menolong, namun, Ruslan melihat pemandangan tergilanya malam itu, wanita itu menancapkan parang di leher,


sabetan parang masih terganjal di leher, sebelum wanita itu menginjaknya sampai kepalanya akhirnya terlepas. Agus, Ruslan dan Lastri, tidak dapat berkata apa-apa lagi, kepala Ranggon yg adalah Candramaya di letakkan begitu saja di atas kain putih sebelum di bungkus


mbah Por menarik Ruslan yg masih shock, lantas membawanya menuju Agus, cepat-cepat mbah Por membuka ikatan tali Agus, “sudah kau periksa kan 2 anak ini, mereka boleh hidup kan!! ingat janjimu Du!!” teriak mbah Por, yg dijawab anggukan sama wanita itu, “suruh mereka pergi!!”


mbah Por melihat wajah Ruslan dan Agus memintanya untuk fokus pada wajahnya, namun, Ruslan dan Agus malah melihat Lastri yg menunduk, rambutnya menutupi wajahnya. “GOBLOK!! RUNGOKNO AKU, ASU AREK 2 IKI” (GOBLOK!! DENGERIN AKU, ANJ*NG 2 ANAK INI)


“KALIAN PERGI, TAPI ADA SYARAT YG HARUS KALIAN IKUTI SAAT PERGI, LARI!! DAN DENGERIN AKU YA ASU!! ” teriak mbah Por, meminta Ruslan dan Agus fokus, “JANGAN LIHAT BELAKANG, APAPUN YG TERJADI JANGAN LIHAT BELAKANG!! NGERTI!! JANGAN LIHAT BELAKANG!!” “SANA, PERGI SANA!!”


sebelum Agus dan Ruslan pergi, ia melihat wajah mbah Pornomo, Lastri dan wanita itu yg semuanya menatap mereka, Agus dan Ruslan pun mulai lari, diantara kebun jati, menembus rerumputan liar, Agus dan Ruslan melihat banyak sekali pocong yg berdiri melihat mereka Lastri berteriak!


Agus sempat akan menoleh sebelum Ruslan langsung menghantam kepalanya sembari berlari mendahului Agus, “OJOK NOLEH, WES COKOP GOBLOKMU OJOK DI ENTEKNO ASU!!” (jangan lihat, sudah cukup, goblokmu jangan dihabiskan anj*ng!!) Agus pun mengikuti Ruslan, ia memilih tidak menoleh lagi


sesampainya di desa, Agus dan Ruslan masih terus berlari, sementara hari mulai subuh, dari jauh, Koco terlihat baru keluar dari rumah mbah Por, ia menatap Agus dan Ruslan yg berlari menuju kearahnya, saat tepat di depan Koco, Agus dan Ruslan menghantam kepala Koco bergantian,


“ASU KOEN CO!!” teriak Agus sembari tetap berlari, “TAEK!!” ucap Ruslan, ia mengikuti Agus, kini mereka menuju jalan raya, meninggalkan desa, dengan pocong yg berdiri seakan memberi jalan mereka pergi, saat fajar datang, Agus dan Ruslan meninggalkan desa itu,


mereka terdiam duduk di dalam bus, tidak ada percakapan yg ingin mereka katakan satu sama lain, mereka bingung, namun, Ruslan kemudian membuka percakapan, “mbak Lastri gimana nasibnya gus” Agus masih menatap kedepan, “lebih baik gak usah tau Rus”


selesai~

Leave a Reply