Cerita Bu Andari, Menetap Di Rumah Sakit Jiwa Karena KDRT

  • Post author:
  • Post category:Health
  • Reading time:8 mins read
Original thread by Rumah Bulan (@BulanRumah)

Trigger Warning!
(abuse/domestic violence)

Mungkin followers lama Rumah Bulan ingat, pada kasus pertama yg kami ceritakan di sini.

Cerita Almh. Bu Andari, yg menetap di rumah sakit jiwa selama 2 tahun, sebelum akhirnya meninggal di sana.

Beliau mengalami KDRT selama 8 tahun.

Cerita Bu Andari, Menetap Di Rumah Sakit Jiwa Karena KDRT

Selama 8 tahun, bukannya tidak pernah Almh. berusaha melarikan diri dr pelaku/suaminya. Intervensi dr keluarga, hingga aparat berwenang sudah pernah ditempuh.

Tapi Bu Andari selalu memaafkan, dan pada akhirnya kembali kepada suaminya. Terus begitu, selama 8 tahun pernikahan.


Luka fisik yg Almh. derita di sekujur tubuhnya, bahkan tidak sebanding dgn luka psikologis yg ia derita.

Hancur. Itu yg kami rasakan, dan kami pahami, saat pertama kali berjumpa dengan Almh.

Apa kira – kira yg membuat Bu Andari memilih bertahan dalam penderitaan selama 8 tahun?


Pernikahan Almh. dan pelaku belum dikaruniai anak, namun Bu Andari sangat menginginkan untuk memiliki buah hati bersama suaminya.

Selama 8 tahun ia terus mendengar suaminya mengatakan bahwa Almh. sudah tua, tidak cantik, tidak memiliki kelebihan apapun, tidak ada yg akan mau –


menerima Bu Andari selain pelaku seorang. Diancam bahwa jika ia melawan, maka seumur hidup tidak akan sudi pelaku untuk memiliki anak bersama Bu Andari.

Dihancurkan mentalnya, dibuatnya Bu Andari merasa putus asa, tidak berharga, bersalah, dan tidak pantas dicintai. Apalagi –


Bu Andari seorang yatim piatu yg merantau jauh dr kampung halamannya. Tanpa pekerjaan, tanpa orang lain untuk bertumpu selain suaminya.

Kekerasan verbal dan fisik selama bertahun- tahun, berhasil merampas seluruh jiwa dan raga dari Bu Andari, hingga akhirnya tidak bersisa.


Korban KDRT seringkali menderita dalam diam. Berhadapan dgn stigma negatif, dan pergolakan batinnya sendiri.

Baca Juga  Ketika Kita Menghancurkan Kebahagiaan Diri Sendiri

“Demi anak – anak saya”
“Malu kalau harus jadi janda”
“Saya harus menjaga aib suami”
“Bagaimana saya bisa menopang hidup tanpa suami”

Hingga akhirnya, pengambilan –


keputusan tidak lagi didasari oleh logika, melainkan perasaan yg dimanipulasi oleh pelaku.

Menihilkan naluri untuk menyelamatkan diri sendiri, dan memilih untuk bertahan demi tetap berada di lingkungan yg familiar baginya, krn merasa tidak sanggup untuk bertahan di luar itu.


Faktor – faktor internal dan eksternal ini berperan besar dalam pertimbangan – pertimbangan yg dimiliki oleh para korban KDRT.

Belum ditambah,
– tekanan dr lingkungan sekitar
– kurangnya pemahaman dan pendampingan mengenai KDRT
– pembatasan dalam ruang gerak dan bicara korban


Seringkali pelaku melakukan manipulasi yg bertujuan agar korban merasa bersalah jika ia memilih untuk pergi.

“Kamu gitu aja nyerah”
“Aku begini krn aku sayang kamu”
“Apa kamu ga kasian sama anak kita?”
“Gak takut durhaka sama suami?”
“Aku janji akan berubah/gak akan mengulangi”


Ada satu pernyataan menarik, masih dr jurnal yg sama.

“Keputusasaan (perasaan putus asa) adalah hal yang tanpa sadar kita pelajari”

Anak yg tumbuh dlm keluarga yg melakukan KDRT, cenderung menoleransi dan membiarkan tindak kekerasan yg terjadi pada dirinya, ataupun org lain.


Pernah gak, lagi curhat krn capek atau stres, lalu si teman ngomong,

“Ah kamu gitu aja nyerah, aku aja gapapa” ?

Salah satu contoh perbedaan toleransi seseorang, terhadap tingkat stres/kesulitan yg mereka hadapi.

Apa yg terjadi pada anak dr keluarga korban KDRT?


Anak tidak hanya terbiasa memahami kondisinya sebagai korban yg putus asa, dan cenderung enggan meminta bantuan sekitar.

Namun juga secara tidak langsung, mempelajari, bahwa kekerasan adalah salah satu cara untuk menunjukan dominasi, dan mendapatkan keinginannya.

Baca Juga  Segala Bentuk Kekerasan yang Dilakukan oleh Pasangan


Sebesar itu dampak psikologis yg diderita korban KDRT dalam jangka panjang. Di kenyataannya, kasus KDRT adalah kasus yg sangat kompleks.

Bisa jadi hari ini lapor polisi, besok pelaku dan korban sudah kembali tinggal di satu rumah ?

TETAP BUKAN SALAH KORBAN. Apalagi prank.


Masyarakat dan media yg cenderung fokus pada pelaku, dan kurangnya ruang gerak dan bicara bagi korban.

Serta tidak adanya pendampingan dari ahli/relawan yg berpengalaman menangani kasus KDRT, semakin memperburuk keadaan dan proses jalannya kasus tersebut.


Kasus KDRT harusnya didampingi oleh tenaga hukum yg berpengalaman menghadapi kasus serupa, dan mendahulukan keberpihakan pada korban.

Dahulukan penegakan hukum terhadap pelaku, dan perlindungan untuk korban, sebelum kepentingan lainnya!


Jadi kami mohon, perjuangan melawan KDRT di negara kita ini masih sangat panjaaang…

Jika kamu tengah mengalaminya, jangan pernah ragu untuk mencari informasi bantuan ahli.

Waspada terhadap tanda – tanda pasangan yg abusive. Membatasi aktivitas dan ruang sosial kamu (posesif –


yg berlebihan) seringkali menjadi tanda awal dr hubungan penuh kekerasan.

Siklus KDRT bukan sesuatu yg terjadi hanya sekali, melainkan akan bertambah buruk/parah seiring waktu.


Berhenti menyalahkan dan memojokkan korban, karena mereka kesulitan untuk keluar dr hubungan yg abusive!

Dampingi, bukan hakimi.


Kamu bisa ikut menyelamatkan puluhan keluarga korban KDRT dgn ikut berdonasi untuk penyediaan fasilitas pendampingan hukum, psikologis, dan medis, serta penyediaan rumah aman, yg ada di Rumah Bulan.

Bantuan kamu sangat besar artinya dalam perjalanan kami untuk melawan KDRT!


Rumah Bulan beroperasi dengan donasi publik, memberikan pendampingan dan perlindungan terhadap keluarga korban KDRT.

Setiap bulannya, kami masih sangat kesulitan memenuhi biaya operasional. Kalau teman – teman tidak keberatan, boleh tolong ikut share dan donasi ke sini ya ??

Baca Juga  20 Tips to Shred Your Belly Fat: Alcohol is Poison

TWITTER PLEASE DO YOUR MAGIC!

Ada puluhan ibu, bayi & anak yg bernaung di Rumah Bulan. Mereka semua tinggal di rumah aman. Setiap bulannya kami kesulitan membayar biaya sewa rumah, bahkan beberapa kali keluarga kami diusir dari rumahnya…

Kami butuh bantuan kalian.



— QRT https://twitter.com/BulanRumah/status/1559166812205760512

Untuk teman – teman yg bertanya,

Bu Andari pertama kali bertemu Rumah Bulan di bulan Juni 2019. Mulai dirawat di RSK bulan September 2019. Lalu meninggal setelah demam selama seminggu, pada bulan Juli 2021. Tubuhnya lemah, dan terlampau kurus, krn sering enggan makan dan minum.


Sedangkan suaminya ditahan pada November 2019, dgn vonis 2 tahun penjara. Tapi kemudian meninggal di penjara pada bulan Desember 2020, krn serangan jantung.

Jadi memang sudah case closed ya.

Cerita Bu Andari di sini, kami jadikan sebagai pengingat, akan betapa seriusnya KDRT.


Halo teman – teman,
Krn saat ini banyak sekali yg mengirimkan DM, mohon maaf kalau kami butuh waktu lebih untuk balas ya.

Banyak juga yg menceritakan kisahnya dan ingin diskusi, kami harus pikirkan baik – baik sebelum menjawab. Ditunggu ya, kami usahakan balas secepatnya ?❤️

Leave a Reply