Original thread by Neo Historia Indonesia (@neohistoria_id)
Ave Neohistorian!
BJ Habibie berhasil mereformasi ekonomi Indonesia yang terpuruk di akhir rezim Orde Baru. Bagaimana caranya? Yuk simak utas ini!

Berbekal pengetahuan serta pengalaman yang ia peroleh dari menimba ilmu di Jerman, yang terkenal karena sukses menghadirkan Keajaiban Ekonomi (Wirtschaftswunder), BJ Habibie segera mengeluarkan jurus-jurus andalannya dengan mencetuskan pelbagai kebijakan reformasi ekonomi yang…
…terfokus pada liberalisasi pasar, pemisahan Bank Indonesia dari pemerintah, dan pengembangan sektor industri.
Salah satu kebijakan penting yang diambil oleh BJ Habibie adalah penurunan tarif impor yang membuka peluang bagi para investor asing untuk masuk ke Indonesia.
Kebijakan ini membantu melecutkan daya saing Indonesia di pasar internasional dan memperluas peluang kerja bagi masyarakat Indonesia.
Disamping itu, BJ Habibie memutuskan untuk memperkuat sistem perbankan Indonesia dengan melikuidasi 38 bank, pengambilalihan 7 bank, dan rekapitalisasi 9 bank.
Program tersebut diawasi langsung oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), agar mereka tidak dapat menyalahgunakan tabungan nasabah sehingga bisa meningkatkan kepercayaan investor asing.
Setelah itu, Presiden Habibie juga berupaya mengerek nilai mata uang Rupiah Indonesia yang sebelumnya terdevaluasi. Beliau menstabilkan kurs rupiah dollar dengan cara mematok harga kurs dan menahan arus keluar dollar dari Indonesia.
Karena itu, Hiperinflasi yang sebelumnya dialami Indonesia dapat dikendalikan, dari 77,5% di tahun 1998 menjadi 2,01% di tahun 1999. Pertumbuhan ekonomi pun menggeliat dari -7% di pertengahan Mei 1998 menjadi 13% pada akhir tahun 1998.
Tak cukup sampai disitu, BJ Habibie juga meluncurkan Program Penanggulangan Dampak Kekeringan dan Mengurangi Kemiskinan (PDKMK) serta Program Penanggulangan Penganggur Terampil (P3T).
Melalui kedua program yang sinergis tersebut, jumlah masyarakat miskin menurun sebesar 12.000.000 orang berdasarkan Data BPS per Desember 1998-Agustus tahun 1999.
Meski begitu, sejatinya keberhasilan Presiden Habibie juga ditunjang oleh faktor tak terduga, yakni masuknya aliran modal (capital inflow) yang cukup besar ke pasar saham.
Hal tersebut disinyalir terjadi karena harga saham-saham di bursa sudah terlampau murah apabila dikomparasikan dengan harga industri serupa yang ada di luar negeri.
Penulis : Firdos Bahar Sidik
Editor : Azhrianka DS
Referensi:
M. Dawam Rahardjo. Habibienomics: telaah ekonomi pembangunan Indonesia. Pustaka Cidesindo, 1997
Umar Juoro. Interpretasi pandangan ekonomi Habibie: mengantar bangsa Indonesia ke abad 21. Center for Information and Development Studies, 1998