“Iya sih dia sudah minta maaf, tapi itu kan hanya di mulut saja!”
“Kalau orangtua saya malah tidak pernah ngajarin saya untuk ngomong ‘maaf’ pada saya”
Hmm, ternyata ada beberapa jenis cara minta maaf dalam relasi manusia. Pantes aja bisa salah paham.
Sebuah utas singkat.
Konon ada lima bahasa permintaan maaf. Teori ini disampaikan oleh Gary Chapman, yaitu sosok yang juga menyampaikan tentang lima bahasa cinta. Buat yang ikut webinar LEVEL UWU bulan Februari, pasti uda dengar 5 love language ini.
Nah, apa itu bahasa permintaan maaf?
Kita meminta maaf untuk menyatakan bahwa kita sadar apa yang kita lakukan itu salah. Tapi pernah nggak sih, kamu sudah meminta maaf atau melakukan perbuatan untuk baikan, tapi masih dianggapnya “kamu nggak mau ngalah, selalu ngerasa paling benar?”
Bisa jadi maafmu tidak sampai.
Bahasa permohonan maaf 1:
Mengekspresikan penyesalan.
Banyak orang yang menganggap minta maaf itu nggak sah sebelum ngomong “aku minta maaf”.
Buat mereka, “aku menyesal” adalah suatu lambang bahwa penyesalan itu sungguh-sungguh. (1-1)
Di sisi lain, banyak orang yang tidak terbiasa menyampaikan penyesaan ini. Macam-macam alasannya, ada yang merasa malu, takut disalahkan, sampai ke “ya karena nggak pernah diajarin”. (1-2)
Bahasa permohonan maaf 2:
Mau bertanggungjawab.
“Aku minta maaf” kadang ga selesai begitu aja. Seringkali, bahasa ini dilanjutkan
“Tapi, aku begitu karena…”
“Soalnya, kamu yang lebih dulu…”
“Kata-kata kamu bikin aku ketrigger…”
Bener apa bener? (2-1)
Ingat, minta maaf itu bukan tentang kamu, tapi tentang orang tersebut. Kita bisa saja memberikan ribuan alasan tentang kenapa kita melakukan itu, tapi bukan itu tujuan minta maaf.
Bahasa maaf kedua ini, mengajak kita menerima tanggungjawab bahwa kita juga ‘salah’ (2-2)
Maka, daripada mendengar “aku minta maaf aku marah, soalnya kamu tadi naikin suara jadi aku ketrigger”
Orang dengan bahasa maaf ini, lebih menghargai kamu mengatakan “aku minta maaf atas kelakuanku tadi”
Udah, tidak perlu penjelasan (2-3)
Bahasa permohonan maaf 3:
Benar-benar bertobat.
Hah, apa maksudnya benar-benar bertobat?
Jadi gini, ada orang yang menganggap permohonan maaf itu sah bila dia mengungkapkan “aku tidak akan melakukan itu lagi”
Kalau dipikir, memang itu kan salah satu tujuan minta maaf? (3-1)
Jadi bahasa maaf ketiga ini fokus ke janji bahwa kita akan mengubah perilaku kita. Itu simbol dari pertobatan.
Kata-kata seperti “apa yang perlu aku ubah agar tidak mengulangi ini lagi?” Atau “kalau aku mengulangi ini lagi, tolong ingatkan aku” menjadi sangat berharga (3-2)
Bahasa permohonan maaf 4:
Membuat restitusi/ganti rugi.
Mungkin ganti rugi istilah yang terlalu keras ya… tapi begini kira-kira: kita sudah berbuat kesalahan, lalu apa yang bisa kita lakukan?
Bayangkan seorang anak yang ngambil mainan temannya. Temannya nangis. Lalu? (4-1)
Orangtuanya akan meminta anak itu untuk meminta maaf. Ya, wajar saja. Tapi, maaf saja tentu tak cukup. Anak itu perlu mengembalikan mainan tersebut, atau mungkin mengajak temannya ini bermain bersama. Itulah artinya membuat restitusi. (4-2)
Dari pengalaman cerita klien, pola maaf restitusi ini banyak terjadi di orangtua. Ketika orangtua menyadari mereka salah, mereka memberi makanan, mainan, atau uang. Tapi, ada yang anti mengucapkan ‘maaf’. Hal ini jadi konflik keluarga. (4-3)
Anak bisa berpikir “kalau ayah ibu saya melakukan kesalahan, mereka akan menutupinya dengan uang atau hadiah, tapi tidak pernah minta maaf”. Padahal, mungkin bahasa maafnya berbeda (4-4)
Restitusi ini tidak selalu dalam bentuk uang atau barang loh. Penyesalan dan ganti rugi kita bisa dalam bentuk menghabiskan waktu bersama, menyampaikan bahwa kita mencintai orang tersebut. Itu bisa jadi ‘hadiah’ yang lebih bermakna (4-5)
Bahasa permohonan maaf 5:
Meminta pengampunan.
Hmm… salah satu yang paling efektif tapi juga yang paling berat. Karena, ketika kita mengatakan “maukah kamu memaafkan aku?” Seolah kita menempatkan diri di posisi yang salah dan lebih inferior.
Sebelum lanjut, ingat ini: (5-1)
“Meminta maaf itu bukan untuk membuktikan siapa yang benar dan siapa yang salah. Tapi, untuk memperbaiki hubungan.”
Maka, alangkah bijaksana kalau kita bisa berbesar hati untuk meminta diberikan maaf. Ya, kamu mgkn kehilangan kendali, tapi kamu bisa selamatkan relasi. (5-2)
Jadi, apakah artinya ada cara minta maaf yang salah dan yang benar? Mungkin nggak seribet itu ya.
Jangan jadikan bahasa maaf ini jadi pembenaran “loh bahasa maafku kan memang begini, salah sendiri dia ga terima”
Tapi, jadikanlah ini sebagai refleksi bahwa…
Mungkin ketika kita meminta maaf dan dia belum menerima maaf kita, itu bukan berarti dia keras kepala apalagi dia ingin menyiksa kita dalam rasa bersalah.
Mungkin kita perlu sesuaikan dengan bahasa maafnya.
Mau dengar lebih lanjut tentang memaafkan? Nih webinar seru:
Tanggal 25 April jam 15:00 akan ada webinar MAINFULNESS. Kalau mau daftar, mendingan sekarang deh soalnya early bird cuma sampai tanggal 18 April.
Kalau kalian terbantu dengan utas di atas, boleh bantu dengan RT twit ini ya. Kali aja temanmu ada yang perlu/
Makasih, salam UWU https://twitter.com/ndreamon/status/1383034428788600833
Buat kamu yang ga ada plan nungguin buka puasa, yuk ikut webinar @ndreamon @jiemiardian @nagotejena dalam tema MAINFULNESS (maafin, insecure, mindfulness).
Tiket bisa dibeli di @gotixindonesia. Buka aplikasi @gojekindonesia dan cari ‘MAINFULNESS’ deh.
Saat ini sudah lebih dari 100 orang pendaftar. Di event sebelumnya, pendaftaran dilakukan dengan hubungi admin. Nah kali ini kami sudah kerjasama dengan @loketcom dan @gotixindonesia. Pembayaran pun bisa dilakukan dengan cara mudah.
Teman-teman bisa mendaftar melalui @loketcom dengan link berikut ini. Yak, masih harga early bird. Daftar sekarang karena… Senin harga naik (beneran naik loh).
https://www.loket.com/event/mainfulness