Original thread by ERA.id (@eradotid)
Bagaimana “Pasta” Bisa Membunuh Anggota Keluarga?
Ini Kisah Hilangnya Nyawa Seorang Anak Berumur 9 Tahun dan Remaja 17 Tahun akibat Makanan
– A THREAD –
Thread ini berisi dua cerita berbeda tentang bagaimana nyawa seorang anak bisa melayang karena memakan sisa pasta.
Hal ini juga bisa menjadi peringatan bagi kita untuk terus memperhatikan apa yang kita makan.
Cerita pertama datang dari keluarga kecil beranggotakan 7 orang.
Pada suatu Jumat di tahun 2003, keluarga cemara ini memilih piknik di taman untuk quality time bersama. Semua sudah disiapkan, termasuk makanan yang sengaja dibawa dari rumah, salah satunya salad pasta.
Namun piknik ini menyisakan banyak makanan, termasuk salad pasta tadi. Akhirnya makanan sisa pun dibawa lagi ke rumah untuk dimakan lain kali.
Namun siapa sangka, ternyata tindakan ini berujung MALAPETAKA.
Pada Senin malam, keluarga kecil ini memilih untuk makan salad pasta sisa piknik waktu itu. Tepatnya 4 hari setelah salad pasta itu dibuat.
Padahal salad pasta itu sudah mengeluarkan bau yang tak sedap, tapi mereka tetap menyantapnya juga.
3 dari 5 anaknya pun hanya makan dengan porsi sedikit.
DAN BENAR SAJA
Hanya 6 jam setelah memakannya, anak terkecil di keluarga itu pun mulai muntah-muntah.
Kemudian, ia dibawa ke rumah sakit daerah.
Tapi…
Saat sang bontot dalam perjalanan ke rumah sakit, anak-anak yang lain juga sudah mulai muntah-muntah
Saat keadaan anak bontot semakin memburuk, salah satu kakak laki-lakinya juga menyusul. Buruknya kondisi kedua anak ini membuat tim medis harus memasang intubasi dan ventilator
Long story short, semua anak di keluarga itu dipindah ke RS Universitas di Leuven. Namun dalam perjalanan, keadaan anak bontot semakin memburuk karena mengalami perdarahan paru-paru.
Paramedis pun berusaha memberikan pertolongan untuk membuatnya tetap hidup.
Saat tiba di rumah sakit, anak bontot sudah di ambang kematian. Sayangnya, tak ada yang bisa dilakukan oleh dokter. Ia pun meninggal dunia dalam waktu 20 menit usai tiba di RS.
Syukurlah, saudaranya yang lain berhasil sembuh. Mereka pulang ke rumah setelah 8 hari dirawat.
Cerita kedua mirip dengan kasus pertama, tapi kali ini dialami oleh anak remaja dan ayahnya.
Suatu malam, seorang remaja berumur 17 tahun dan ayahnya memakan spaghetti pesto homemade yang dihangatkan kembali setelah dimasak 4 hari lalu.
Tapi spaghetti ini sempat ditaruh di suhu ruangan berkali-kali, setidaknya 2 jam sebelum dihangatkan kembali.
Meski spaghetti pesto ini sudah mengeluarkan bau tak sedap, namun tetap saja, makanan ini disantap hingga habis.
Bahkan, sang anak makan dengan porsi yang lebih banyak daripada sang ayah.
Sialnya, 30 menit setelah mengonsumsi spaghetti pesto itu, keduanya pun muntah-muntah. Bahkan sang ayah juga mengalami diare.
Untungnya, sang ayah yang juga berprofesi sebagai dokter ini langsung minum obat-obatan yang membuat keadaannya membaik.
Tapi..
Sayangnya obat-obatan yang dikonsumsi anaknya tidak manjur. Selama 2 hari, kondisinya pun perlahan memburuk. Dari obat diare hingga aspirin tak mempan bagi sang anak.
Usaha sang ayah memberikan obat-obatan pun bisa dibilang… sia-sia.
Akhirnya, sang anak dibawa ke RS Universitas Zurich untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Dokter mendiagnosis bahwa sang anak terkena penyakit gagal hati fulminan, rhabdomyolysis, dan gagal hati akut.
Remaja ini tidak bisa merespons perintah-perintah medis, walaupun pupil matanya masih merespons sinar cahaya.
Darah pun diambil untuk pemeriksaan lebih lanjut. Hasil pemeriksaan menunjukan negatif untuk toxin yang dapat memicu gagal hati. Tak ada juga bakteri jahat dan fungi.
Dokter juga bilang jika gagal hati yang terjadi kepadanya itu tak ada hubungannya dengan hepatitis, virus epstein-barr, atau herpes.
Akhirnya, remaja ini pun didaftarkan untuk transplantasi hati.
Tapi sayangnya..
Remaja ini mengalami Edema Otak atau adanya cairan di rongga tengkorak. Cairan ini membuat tekanan pada otak.
Tekanannya yang terus-menerus ini membuat otak tak mampu menahannya lagi
Akhirnya remaja tersebut meninggal dunia hanya dalam waktu sehari setelah tiba di rumah sakit
Kematian kedua anak ini disebabkan oleh bakteri Bacillus Cereus, B. cereus. Bakteri ini juga ditemukan di makanan sisa mereka.
Hal ini diketahui usai dokter melakukan biopsi hati.
Dengan kata lain, bakteri di makanannya telah menghabisi hati di tubuhnya hingga meninggal dunia
Membuang makanan memang mubazir, tapi memakan makanan sisa yang tidak disimpan dengan baik pun lebih buruk, bahkan bisa mengakibatkan malapetaka.
ERAmania yang punya cerita serupa boleh banget ceritain di reply dong.
Sumber: