Original thread by Disya Arinda (@disyarinda)
Ada orang dewasa yg takut berkomitmen dalam relasi.
Ada orang dewasa yg sensitif terhadap penolakan.
Ada anak kecil yg meraung kalau pisah bentar sama orang tuanya.
Ada anak kecil yg gampang nempel sama orang asing.
Wajar kah? Mari bahas seputar ✨Attachment✨
A thread.
Soal attachment udah pernah kubahas 3 tahun lalu dlm thread berikut.
Jadi biar melengkapi, thread ini akan lebih banyak bahas soal:
✅apa yg bikin orang dewasa sulit punya secure attachment?
✅gimana agar kita bisa punya secure attachment di usia dewasa?
? A T T A C H M E N T ?
Kenapa ada orang yg hobinya curigaan & cemburu buta ke pasangan? Kenapa ada yg bucin sampai segitunya? ?
Dan kenapa ada yg merasa baik-baik aja bahkan di saat jarak memisahkan?
Again, psychology based explanation.
A thread.
— QRT https://twitter.com/disyarinda/status/1094226808600326147?s=20&t=JNXmDo96uiw1nIL4KTu75Q
Harap baca dulu ya thread di atas sebelum lanjutin baca thread ini hehe udah kayak nonton series ?
Kita mulai dulu ya dari: apa yg bikin orang dewasa sulit punya secure attachment?
Biar lebih paham, kita pake contoh kasus aja yuk!
Tia, P, 32 thn.
Tia merasa cemas dlm relasi, sering curiga dgn pasangan, posesif, dan insecure. Tia pikir pasangannya akan selingkuh karena kekurangannya, meski gak ada bukti apapun thdp hal itu.
Emosi yg dominan: takut, marah, dan terluka (hurt).
Satu hal kecil yg bikin Tia gak nyaman, bisa membuatnya bereaksi yg berlebihan seperti ketika chat-nya gak dibalas segera, Tia langsung marah dan mencurigai pasangannya sedang senang-senang dengan orang lain sehingga melupakannya.
Who can relate with Tia? ?
Secara usia, Tia adalah orang dewasa tapi secara reaksi emosi, Tia menunjukkan ketidakmatangan (immature).
Tentu ada banyak faktor, salah satunya adalah tipe kelekatan yg tumbuh dan bertahan di dirinya.
Kemungkinan besar attachment style Tia adalah Preoccupied.
Ada indikasi Tia memiliki kecemasan yg cukup tinggi terhadap penolakan dan pengabaian, juga indikasi tingginya dorongan untuk bisa menjalin relasi yg dekat.
Ini yg bikin Tia sulit menjalin relasi yg sehat dan secure karena keintiman berkombinasi dengan kecemasan.
Ketika ditarik ke masa kecil, attachment style tumbuh di dirinya adalah ‘anxious’.
Salah satu cirinya yaitu ketika berpisah bentar dgn ortu, anak merasa kesal dan gak mampu menghadapi kesendirian.
Nyari2 keberadaan ortu [cemas] tapi juga ngamuk pas ortunya datang [marah].
Kondisi ini sering muncul dari ortu dgn kecemasan tinggi dan gak konsisten dalam memberikan rasa aman & nyaman.
Contohnya: sekarang main sama anak, menit berikutnya ninggalin anak sendirian — ketika hadir menunjukkan emosi negatif thdp anak atau gagal meredakan amarah anak.
Anak kecil dgn anxious attachment style berpotensi menjadi orang dewasa dgn preoccupied attachment style.
Isu besarnya adalah merasa gak berharga. Dari sini, sulit mencapai kestabilan emosi dan perasaan “i am good enough”.
Akhirnya yg ditunjukkan adalah ketakutan & kemarahan.
Adi, L, 29 thn.
Ortu Adi mendesaknya utk segera menikah. Adi merasa punya relasi itu bikin gak bebas. Beberapa kali relasinya berakhir dgn sikapnya yg cuek thdp pasangan atau ghosting, meski ia pikir pasangannya gak salah apa2.
Kalau ini emosinya dangkal cenderung diabaikan.
Baginya, relasi berkomitmen itu gak nyaman karena akan ada kekecewaan, beban, konflik… apalagi menikah? Menurutnya serem abis.
Jadi independen, bisa bebas ngapain aja dan sama siapa aja. Walaupun sering merasa kesepian dan hidup berasa flat.
Who can relate with Adi? ?
Salah satu tugas perkembangan di usianya adalah membangun relasi dan berkeluarga tapi ia merasa gak pernah bisa utk itu.
Dari berbagai faktor, tipe kelekatan juga berperan penting.
Kemungkinan besar attachment style Adi adalah Dismissive.
Ada indikasi Adi memiliki kecenderungan yg tinggi utk menghindari intimasi dan tingkat kecemasan yg rendah sehingga sebetulnya Adi ini self-reliant alias mandiri bgt.
Ini yg bikin Adi sulit menjalin relasi yg sehat dan secure karena kemandirian berkombinasi dgn penghindaran.
Ketika ditarik ke masa kecil, attachment style tumbuh di dirinya adalah ‘avoidant’.
Salah satu cirinya yaitu merasa gak lekat & nyaman dgn ortu yg diawali adanya rasa gak percaya dgn ortu (distrust).
Sebetulnya merasa unsafe tapi memilih utk lebih mengandalkan diri.
Seringkali kondisi ini hadir karena ortu gak bisa jadi sosok yg dapat diandalkan saat anak membutuhkan keterhubungan emosional.
Contoh: ortu berjarak dgn anak, bersikap dingin — ketika anak merasa sedih/takut (atau sampai nangis), ortu mengabaikan dan menolak utk menenangkan.
Anak kecil dgn avoidant attachment style berpotensi menjadi orang dewasa dgn dismissive attachment style.
Isu besarnya adalah rasa percaya. Dari sini, sulit mencapai keterhubungungan emosi dan perasaan “i need someone”.
Akhirnya yg ditunjukkan adalah penghindaran.
Kebayang gak… orang dewasa dgn preoccupied attachment style berpasangan sama orang dewasa dgn dismissive attachment style?
Kalau begini, bener-bener perlu terapi dgn couple counselor sih. Meskipun attachment style bisa berubah tapi masing2 perlu berproses sendirian & bersama.
Lalu, sebetulnya apa yg bisa dilakukan agar kita bisa mengubah attachment style di usia dewasa?
Dari berbagai cara, aku mau share soal ✨pemenuhan kebutuhan emosional✨ sbg salah satu kuncinya.
Kurang lebihnya kayak gini ya. Sebetulnya bisa diterapkan saat masih single, ke pasangan, ke ortu, ke anak, ke sahabat, ke siapapun lah ya karena kita makhluk sosial hehe
Tapi mau aku spill dikit basic-nya menemukan kebutuhan emosional sendiri ?
Terkait cinta, ada 5 hal yg kita butuhkan sejak kecil dan itu bertahan hingga dewasa. Apa yg kita butuhkan saat kecil sama persis dgn yg kita butuhkan pada saat ini & seterusnya. Dikenal sebagai The Five A’s:
1. Attention
2. Acceptance
3. Appreciation
4. Affection
5. Allowing
— QRT https://twitter.com/disyarinda/status/1246407582572408832?s=20&t=JNXmDo96uiw1nIL4KTu75Q
1. Untuk bisa beneran pulih (healed), kita perlu memahami bahwa penting bagi kita menemukan kebutuhan emosional yg mungkin selama ini gak pernah terpenuhi.
2. Kenali ragam emosi yg kita betul2 bisa sadari (contoh: marah, cemas, sedih, kecewa, malu, senang, dll.)
3. Identifikasi apa aja perilaku yg selama ini gak membantu atau gak adaptif beserta masalah apa aja yg dihadapi terkait perilaku tsb.
4. Eksplorasi berbagai strategi baru (ini biasanya dibantu orang lain, utamanya psikolog karena kalau sendiri lebih sulit dan lebih lama).
5. Mencoba strategi baru, diterapkan pelan2, dievaluasi berkala, dan diberikan penguatan agar perilaku yg adaptif bertahan lama.
Akhirnya kita bergerak menuju diri yg lebih secure.
Kok gampang ya kayaknya??? Gak juga sih, perlu proses, latihan, dukungan orang terdekat ?
Di tahapan nomor 2 itu, selain emosi yg disadari juga psikolog akan membantu mengidentifikasi apa aja emosi sekundernya.
Jadi dari situ bisa digali apa sih yg sebetulnya dibutuhkan? Rasa percaya kah? Kebebasan? Pengakuan? Penerimaan? Dan lainnya ?
Buat yg mau ambil tes attachment style kalau gak salah bisa di sini ya:
https://www.attachmentproject.com/attachment-style-quiz/
https://satupersen.net/quiz/tes-attachment-style
https://www.idrlabs.com/attachment-style/test.php
https://www.scienceofpeople.com/attachment-styles/
Btw kita bisa diskusi lebih lanjut soal attachment style & emotional needs di sini ya. Ada 4 tipe kelekatan yg dibahas + strategi mengetahui kebutuhan diri.
Ini GRATIS! Tapi terbatas utk 100 orang. Daftarnya di web/app Dinotis.
https://app.dinotis.com//user/talent/disyarinda

Setiap Jumat malem selama bulan Juli, aku bikin ✨Basic Self-healing Series✨
GRATIS utk sesi 1 & 2 dan berbayar (IDR 20K) utk sesi 3 & 4. Semoga terjangkau utk temen2 semua ya ?
Buat yg ikut full 4 sesi akan ada bonus worksheet dan kesempatan dapetin cashback dari Dinotis.

✨Pengumuman✨
Buat yg udah daftar di sesi 1 & 2, sebaiknya daftar juga di sesi 3 & 4 utk dapetin FREE worksheet dan kesempatan cashback Gopay 10K. Wajib konfirmasi ke Telegram https://t.me/+q-cGldwZ8CcyOTk1 utk klaim.
Kalau daftar di sesi 1 & 2 aja gak dapet benefitnya yaah ☺️??

— QRT https://twitter.com/disyarinda/status/1538839428483129344?t=Syo5altONzaEutDt02aWkw&s=19