Original thread by Ruang Taktik (@ruangtaktik)
[VIDEO TERBARU]
Di antara nama-nama besar Argentina, kami memilih menganalisis Mac Allister. Gelandang Brighton ini punya keterlibatan di semua fase. Bertahan: mematikan Griezmann dgn man markingnya. Menyerang: positioning di halfspace utk overload.

Ia jg terlibat pada fase transisi di gol kedua. Menggunakan kemampuannya mendeteksi ruang, Mac Allister jadi pemain utk keluar dr press ketika melakukan serangan balik cepat.

Dari Messi ke Alvarez, Mac Allister terus berlari utk ekspos ruang yg ditinggalkan bek Perancis. Ia unggul momentum dari Tchou & Upamecano meski bukan pemain cepat.


Bukti ia terlibat adalah bagaimana Argentina mematikan ‘ancaman’ Perancis. Yup, memang Mbappe masih bisa lolos tapi tidak dengan Griezmann. Man markingnya ke pemain bernomor punggung 7 ini bikin ia ga banyak menyentuh bola.



Kejelian Scaloni utk adaptif terhadap lawan ini bukan tanpa alasan. Griezmann via @markrstats jadi pemain yg paling banyak ‘mengancam’ gawang lawan lewat umpan-umpannya. Di laga ini Griezmann hanya ‘diijinkan’ melakukan 46 sentuhan. Kita bandingkan dgn Rabiot, 69 sentuhan.

Di fase menyerang, posisinya memang akan sejajar dgn gelandang lain (De Paul). Tapi begitu bangun serangan berhasil progresi, ia akan lebih ke depan. Ia akan konstan menyerang ruang antar lini terutama di area halfspace. Sementara De Paul lbh turun.


Di posisi yg lebih naik, idealnya tekanan lawan lebih tinggi. Namun Mac Allister adlh pemain yg ‘rapi’. Dengan ketahanannya thdp pressing, ia bisa mengirim umpan-umpan akurat. Nilainya lebih tinggi dr gelandang yg relatif main di belakangnya.

Pemahaman taktik, positioning, kemampuan deteksi ruang membuat Mac Allister berperan krusial terutama utk melakukan overload di sayap bersama Tagliafico, Di Maria, Messi, Enzo. Lewat positioningnya, ia mengikat Kounde shg Di Maria bebas.


Role dalam menyerangnya memang ga seperti no 10. Lebih ke no 8 di halfspace atau mezzala kalo di FM. Kelebihannya adalah datang terlambat (late run) ke kotak penalti bikin ia sering ga terdeteksi bek lawan.

Contoh role ini ketika ia mencetak gol vs Polandia. Kemampuannya membaca permainan bisa menguntungkan Mac Allister utk masuk ke kotak tanpa terdeteksi. Jadi ga langsung masuk atau biasa disebut ‘late run’.




Kita bisa lihat keterlibatannya dalam bangun serangan di penalti Argentina. Kemampuannya mendeteksi space di ruang antar lini, mengikat Kounde, menerima bola dalam situasi dipress, lalu visinya dlm kirim umpan membebaskan Di Maria di sayap.


Kelebihannya dalam deteksi ruang ini juga digunakan Argentina utk melakukan kombinasi 1-2 dalam membongkar pertahanan lawan.
Mac Allister’s off-the-ball movement helped Argentina to create chances by trying to expose the space between the French defenders.
Mac Allister has the ability to see space and pull off 1–2 combinations well so that Argentina can create dangerous chances.




— QRT https://twitter.com/MT_Analysis/status/1605489225721294850?s=20&t=oeg7koTylXFsPDjXIpLS-Q
Detail analisis pemain yg bapaknya juga membela Argentina di pildun 1994 ini bisa ditonton langsung di channel Ruang Taktik.
Big thanks buat retweet & likenya.