Original thread by Si Paling Mbledos (@taktekbum)
11 Alasan kenapa skema bakar duit dan funding beronde2 bakal bikin stratap2 yunikorn berakhir tragis bak balon udara yang bledos BOOM! ??
A THREAD
Pertama-tama kita bahas bledos disini maksudnya adalah valuasi saham stratap yang sedemikian besar sampai dapat julukan yunikorn atau dekakorn, dapat berubah jadi sangat rendah atau bahkan jadi 0
1. BISNIS MODEL DUMPING
Stratap unicorn tidak menciptakan pasar baru, melainkan mengambil pasar yang sudah ada dengan banting harga. Dumping sendiri sudah mimin bahas di thread ini :
None
2. KOMPETITOR IKUTAN DUMPING JUGA
Akan menjadi masalah ketika stratap kompetitor yang merasa punya uang lebih banyak akan ikutan dumping juga, maka proses banting harga akan menjadi semakin panjang
3.PERSAINGAN PERSONAL ANTAR KOMPETITOR
Ada 2 stratap yunikorn yang saling bersaing dengan barrier personal, merger stratap yang sering terlihat akhir2 ini bukanlah barang baru, banyak stratap yang awalnya mau merger tp memilih jd kompetitor hanya karena alasan personal
4. INVESTMENT ROUND BANYAK UNTUK MENUTUPI ENDLESS DUMPING
Agar dumping tetap berjalan, investment round di stratap harus terus dilakukan, yang jadi masalah adalah investment round yang terlalu banyak seringkali membuat saham founder diluted dan kehilangan pengaruh untuk…(Cont)
(cont)…mengarahkan perusahaan dan investor makin banyak membawa orang2 baru. Ini jugalah yang menyebabkan management tidak mature karena orang-orangnya terus berganti baik di low maupun high level management.
5. ENDLESS DUMPING AND NO PROFIT
Endless dumping tersebut membuat stratap tidak dan belum pernah meraih profit, hal ini menyebabkan investor tidak kunjung jua menerima dividen dan semakin diluted di setiap investment round nya
6. VALUASI PALSU
Banyak stratap claim valuasi mereka sudah mencapai sekian billion dollar padahal itu hanya didasari oleh target pendanaan berdasarkan hitung2an yang mereka pitch. Metode valuasi stratap cenderung mengada2 dan mengandalkan metrics yg kontroversial seperti GMV
(Gross Merchandise Value) padahal GMV doesnt mean anything kalo ga translate ke cashflow dan value untuk shareholders. Metode valuasi yg wajar dengan menggunakan EV/EBITDA, PE multiple atau DCF engga bisa diterapkan di stratap,,
padahal, ini fundamental bgt utk menilai sebuah bisnes itu worthy or not. Tp stratap beserta fenboy2 nya akan menjustifikasi penggunaan GMV multiple yg notabene merupakan metode bodong dan mengada2 dgn alasan GMV mencerminkan traffic dan besarnya ekosistem data dr stratap ybs.
Padahal sampe kiamat jg ga jelas n belum tau itu data monetize nya gimana utk bisa translate into cashflow n “numbers”. Ujung2nya jadi masturbasi big data and all that jazz tanpa roadmap yg jelas utk path to profitability .
kredibility Metrics GMV sendiri sangat highly questionable karena nggak diaudit dan bukan metrics standar PSAK atau IFRS.
Btw twit dibawah ini sedikit penjelasan mengenai singkatan-singkatan yg digunakan diatas sebelum lanjut ke point berikutnya :
GMV, gross merchandise value, nilai belanja termasuk harga barang2 , misalnya belanja makanan, harga makanannya diitung jg dan dipitch seolah nilai transaksi nya tinggi.
Padahal nilai tinggi tersebut merupakan nilai transaksinya si merchant yang gabung ke ekosistem stratap . kalo ada org beli di resto mahal otomatis ya GMV nya juga jadi tinggi ?
EBITDA (earning before interest tax n depreciation) atau ungkapan sederhana nya berapa riil cashflow yg dihasilkan dr operasi suatu bisnes. Kalo EBITDA positip brarti bisnes menghasilkan cashflow aka duid,
Kalo EBITDA negatif artinya bisnes cashflow negatif,, engga hasilin cash apa2 alias bakar duid atawa ga cuan alias bo cien.
PSAK = Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
IFRS = International Financing Reporting Standard
PE Multiple = Price (harga saham) to Earnings
DCF = Discounted Cash Flow
7. CUSTOMER, MITRA DAN MERCHANT TIDAK DILAYANI DENGAN BAIK
Di dunia korporat, customer service merupakan salah satu perhatian utama perusahaan, churn rate menjadi satu metrics yang selalu mereka perhatikan, customer experience selalu jadi prioritas.
Di Stratap, customer experience sudah dinodai dengan product-product yang buggy, uang customer yang selalu hilang, merchant2 dan mitra yang dirugikan karena potongannya selalu besar (20-30% !!) seperti yang dikeluhkan oleh merchant di thread ini :
None
Margin inilah yang membuat harga makanan anda menjadi sangat mahal,
ketika dipesan lewat aplikasi stratap karena merchant harus menaikkan harganya, di masa subsidi dumping berkedok Customer Acquisition fee, churn rate menjadi metrics yang hampir mustahil untuk diconsider
8. WAHAM KARENA MERASA BESAR
Karena sudah mendapat investasi beronde-ronde yang fantastis padahal uang investasinya berubah jadi ruang bilyar yang ujungnya cuma kepake jadi ruang meeting (yang mau main game malah diusir),
tak jarang high level management stratap merasa bahwa dirinya sebesar raksasa. “We are too big to fail!! ” Begitu di kepala mereka.
9. MARKET SHARE BERBEDA JAUH DENGAN KOMPETITOR PADAHAL VALUASINYA SAMA
Apa yang terjadi di no 9 ini akibat dari no 8 juga, karena terlalu waham, banyak yang klaim bahwa stratap mereka market sharenya terbesar dibanding kompetitor dengan bantuan pengolahan metrics yang…(cont)
“Ego-Feeding” High level management. Ini menyebabkan investor enggan atau berpikir kembali untuk invest ke stratap tersebut karena merasa buang2 uang, toh dengan sekian juta dollar yang sama bisa dapat customer base yang lebih besar di kompetitor
10. KEBOCORAN OLEH FRAUDSTER
Stratap tidak pernah serius dalam menghalau fraudster, banyak bug bounty yang tidak dikerjakan, temuan celah yang disubmit oleh hacker dicuekin semua, subsidi2, cashback2 dan bonus2 diexploit mitra dengan melakukan order sendiri.
Belum lagi fraudster yang sifatnya operasional di perusahaan untuk minta sogokan ke merchant/mitra sampai sindikat order fiktif yang dibiarkan (karena toh angka order juga meningkat, bagus untuk metrics yang bakal di pitch)
11. FLAWED ASSUMPTIONS AND BIZ MODEL
Mengacu ke point no.1 dan 5. kita tidak bisa pungkiri fenomena hype startup berasal dari US dan negara2 maju lainnya seperti Jepang dan Korea. Namun perbedaan mendasar dari stratap indo dgn negara2 tersebut adalah kita tidak memperhatikan..
…bahwa fenomena munculnya stratap di negara2 maju adalah hasil dari mature nya ekonomi negara tsb. Alhasil market2 baru yg diciptakan dr next level of economy menjelma jadi tech stratap. Ada riil market, ada new market, dan tercipta juga…(cont)
…(cont)bisnis dgn margin structure yang sehat ( bukan dumping ). Kita tertipu oleh fenomena FB yang punya kebiasaan monetize di belakang. FB itu adalah bisnis advertising platform. Dari awal sdh di design kalau FB akan menjadi salah satu god of internet.
God of internet adalah institusi yg menguasai traffic di dunia digital : FB, Google, Amazon. Di dunia marketing/advertising traffic adalah lifeblood. Ga percaya ? Fenomena munculnya youtuber n selebgram salah satu buktinya ?
poinnya, stratap yg sukses udh punya sound assumption n biz model dr awal. Klopun msh blum profit itu krn msh fase pengembangan. Ga kaya stratap indo yg maksa ambil market dgn dumping dan pembakaran duid yg extravagant.
Semua point-point diatas ini akan membuat stratap yang sudah tidak bisa didanai/fundraising karena terlau banyak akhirnya melakukan rencana untuk exit lewat IPO/Penawaran saham publik.
Sayang hingga saat ini rencana tersebut tak kunjung tampak cerah. Skenario bledosnya stratap bisa lewat 2 narasi : keburu gak punya duit sebelom IPO, IPO tapi kemudian jeblok karena kinerja keuangan stratap yang belum mature dan
dan investor-investor yang ikutan beli di harga awal untuk profit taking di akhir hari perdagangan saham
Jangan lupa ketika harga saham uber justru jatuh 18% di hari kedua IPO. Memangnya stratap disini sudah sematang uber?

Contoh lain, harga saham stratap tek raid heil lyft yang juga IPO di luar sana. perlu diingat manajemen mereka sudah jauh lebih matang ketimbang stratap disini

Contoh lagi, harga saham stratap perusahaan induk stratap (stratapception) . lihat betapa berdarah-darahnya harga sahamnya. ini di index luar negeri yang harga sahamnya rata-rata naik terus lho

dalam hal valuasi, karena yg namanya stratap belum punya profit dan EBITDA, metode valuasi yg umum, lumrah dan diterima pasar belum bisa diterapkan di stratap. Ngarep exit di IPO? coba cek saham stratap yg udh IPO macem rocket internet atau Lyft diatas
gimana performance share price nya gimana. Atau engga jarang jg stratap Ujung2nya gagal IPO macem wework.
Metode valuasi abal2 mengada2 dikombinasi dengan mentality FOMO investor menjadikan stratap contoh ideal fenomena hot potato.
Org cuma lempar2an hot potato sampe nanti yg terakhir megang dia yg akan boncos coss. It’s a giant ponzi scheme. Kalo ujungnya dilempar ke publik via IPO ya menurut yuniwan dan yuniwati siapa yg akan boncos sebagai pemegang hot potato terakhir? Ya publik alias investor ritel
Sekian dulu thread kami yang terlalu pendek ini, semoga info-info diatas bermanfaat untuk yuniwan dan yuniwati sekalian. Hati-Hati! Ponzi Scheme berbalut yunikorn akan menerjang kita di depan mata! WASPADALAH!!! WASPADALAH!!!